Sebelumnya, pemerintah melalui Menteri Keuangan (Menkeu) telah mengajukan dokumen Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (PPKF) dan Kerangka Ekonomi Makro (KEM) 2024 kepada DPR.
Di tengah situasi ekonomi global yang masih melambat, pertumbuhan ekonomi negara maju, seperti Tiongkok, tumbuh 4,5 persen pada kuartal I-2023. Kemudian, Uni Eropa 1,3 persen, Jepang 1,3 persen, Amerika Serikat (AS) 1,6 persen, dan India 4,1 persen.
Selain catatan pertumbuhan ekonomi nasional, Said memaparkan inflasi Indeks Harga konsumen (IHK) mengalami penurunan, dari Maret di level 4,97 persen menjadi 4,3 persen pada April 2023.
Padahal, tekanan inflasi sempat membayangi perekonomian nasional karena adanya kebijakan agresif The Fed. Kebijakan menaikkan suku bunga acuan ini akhirnya mampu ditangkis dengan baik oleh Bank Indonesia (BI) dan pemerintah.
Baca juga: Kasus Serangan Ransomware di Indonesia, BI Pernah Jadi Sasaran
“Melihat tren laju inflasi yang turun, saya perkirakan inflasi pada 2023 mencapai sekitar 4 persen,” jelas Said.
Perkiraan itu, ia sampaikan dengan mempertimbangkan peningkatan konsumsi sektor riil karena perhelatan Pemilu 2024. Dari peningkatan ini, menurut Said, masuk akal jika perhitungan inflasi pada 2024 di kisaran 3 persen.
Selain inflasi, Said mengaku optimistis kurs rupiah terhadap dollar AS pada 2024 bisa bertahan dalam kisaran Rp 14.600 sampai Rp 14.900.
Ia mengatakan, saat ini pun rupiah mengalami penguatan secara konsisten terhadap dollar AS di kisaran Rp 14.600 sampai Rp 14.800.
Baca juga: Polisi: Uang 100 Dollar AS Palsu Dijual Rp 140 Juta Per 100 Lembar
Kecenderungan rupiah yang terus perkasa berhadapan dengan dollar AS terjadi akibat krisis perbankan di AS sejak jatuhnya Silicon Valley Bank dan kemungkinan secara beruntun disusul oleh First Republic Bank dan Pacwest Bancorp.
“Mimpi buruk negara Paman Sam masih berlanjut dengan terancamnya gagal bayar utang mereka, hal ini membuat investor kian ragu memegang dollar AS,” ucap Said.
SBN akan diminati oleh investor
Pada kesempatan tersebut, Said mengatakan, Surat Berharga Negara (SBN) sebagai tulang punggung pembiayaan akan diminati oleh investor dalam dan luar negeri.
Ia meyakini, para investor akan berminat karena credit rating Indonesia dibuat oleh lembaga pemeringkat seperti Fitch, S&P, Moody’s yang masuk kategori stable.
“Saya perkirakan SBN 10 tahun pada tahun depan akan menguat di level 6,5 sampai 6,9 persen, dibanding 2022 dengan rata-rata di atas 7 persen,” imbuh Said.
Baca juga: Nasabah Bank Mandiri Bisa Pesan SBN Ritel di Aplikasi Livin, Ini Caranya
Dalam kesempatan tersebut, ia menyetujui usulan pemerintah dalam mengajukan asumsi harga minyak pada 2024 di level 85 dollar AS per barrel.