Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenkes: "Warning", Sifilis Meningkat 70 Persen dalam 5 Tahun Terakhir

Kompas.com - 08/05/2023, 19:21 WIB
Rahel Narda Chaterine,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.comKementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia mencatat adanya peningkatan penularan penyakit seksual yakni sifilis dalam periode 2018 sampai 2023.

Juru Bicara Kemenkes RI Mohammad Syahril menyebut peningkatan dalam kurun waktu 5 tahun ini mencapai angka 70 persen.

“Nah untuk penyakit sifilis saja dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, 2018 sampai 2022 kemarin terjadi peningkatan kasus hampir 70 persen dari 12.000 kasus menjadi 21.000 kasus,” ucap Syahril dalam konferensi pers virtual, Kamis (8/5/2023).

Dari data yang ada, pada tahun 2018 jumlah orang yang menderita sifilis berjumlah 12.484. Tahun 2019 jumlahnya meningkat menjadi 17.650 orang. Tahun 2020 meningkat menjadi 18.437 orang.

Baca juga: Sifilis Rusak Wajah Wanita pada 500 Tahun Lalu, Ini Penampakannya

Di tahun 2021, sempat sedikit menurun menjadi 17.280. Namun di tahun 2022 kembali meningkat hingga 20.783 orang.

Syahril pun mengungkapkan dampak buruk penyakit sifilis yang dapat diturunkan kepada anak-anak yang lahir dari ibu yang positif sifilis.

“Jadi ini angka-angka ini perlu menjadi perhatian bagi kita dan perlu disampaikan kewaspadaan ini, warning ini kepada seluruh masyarakat, begitu besarnya dampak sifilis,” ujar Syahril.

Dia menjelaskan, penularan sifilis melalui jalur ibu hamil yang positif ke anaknya sebesar 69 sampai 80 persen.

Baca juga: Apa Saja Gejala Sifilis pada Wanita?

Penyakit sifilis ini juga bedampak mematikan kepada bayi tersebut. Dampak yang terjadi di antaranya kelahiran yang abortus, bayi lahir mati, hingga mengalami sifilis bawaan pada bayi baru lahir atau sifilis kogenital.

“Jadi dia punya satu kelainan kogenital atau cacat bawaan sifilis yang mempunyai ciri-ciri khusus yang tentu saja kita tidak ingin anak-anak atau bayi yang dilahirkan ini akibat ibu yang sifilis dan tidak mendapatkan pengobatan dengan baik akan terjadi sifilis kongenital,” Syahril.

Lebih lanjut, dia mengungkapkan jumlah ibu hamil dengan sifilis yang diobati masih rendah dengan kisaran angka 40 persen.

Baca juga: Penyakit Sifilis, Diagnosis, Pengobatan, dan Infeksi Ulang

Sedangkan, 60 persen ibu hamil yang positif sifilis lainnya tidak mendapatkan pengobatan sehingga berpotensi menularkan dan menimbulkan cacat pada anak yang dilahirkan.

“Sebanyak 60 persen itu yang tidak mendapatkan pengobatan baik yang akan berpotensi untuk menularkan kepada bayinya dan akan membuat kecacatan yang disebut dengan sifilis kongenital tadi,” ujar dia.

Menurut Syahril, rendahnya pengobatan ibu hamil yang menderita sifilis dikarenakan masih adanya stigma di masyarakat.

Baca juga: Sifilis: Gejala, Penyebab, dan Komplikasi

Syahril mengimbau masyarakat jangan memberikan stigma kepada semua orang yang mengidap penyakit siflis maupun penyakit menular seksual lainnya.

“Semuanya adalah saudara kita yang memang harus dilakukan tindak lanjut baik itu pengobatan maupun pencegah-pencegahan agar tidak tidak terjadi penularan lebih lanjut dan khusus kepada bayi yang nanti akan menjadi anak sebagai generasi penerus kita yang harapannya tubuh harus sehat tidak cacat karena penularan dari penyakit seksual ini,” ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com