Dengan profiling gaji dan tunjangan perwira polisi dengan pangkat AKBP, sangat tidak masuk akal dengan harta kekayaan yang dimiliki Achiruddin sekarang ini.
Wakil Komisi II DPR-RI, Junimart Girsang berpandangan kasus Achiruddin bisa terjadi karena ada kesan pembiaran dan lemah dalam pengawasan Kapolda Sumatera Utara.
Bukan kali ini saja ada polisi bermasalah di Sumatera Utara. Dalam pandangan politisi PDIP itu banyak polisi “brengsek” di Sumatera Utara. Kapolda Sumatera Utara hanya bagus di pencitraan sebagai sosok yang tegas tetapi lembek di internal (Kompas.com, 28/04/2023).
Dengan jabatan Achiruddin yang “basah” di reserse narkoba dan menyimak sepak terjang polisi sekelas Irjen Teddy Minahasa yang bisa “membiniskan” barang sitaan narkoba, harusnya Propam Polda Sumatera Utara menelisik lebih jauh korelasi jabatan Achiruddin dengan aliran uang Achiruddin yang terekam di PPATK.
Jika polisi seperti Achiruddin masih menjadi wajah umum kepolisian, maka tamatlah riwayat keadilan di negeri ini.
Komitmen Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo untuk membersihkan institusinya dari praktik-praktik menyimpang harus terus kita tagih dan kita ingatkan terus. Jenderal Listyo sudah berkomitmen “ikan busuk mulai dari kepala”.
Jika pimpinannya bermasalah, maka bawahannya juga akan bermasalah. Saatnya Kapolri memotong kepala ikan di Polda Sumatera Utara mengingat masih ada ikan-ikan yang busuk di Polda Sumatera Utara.
Anak polah bapak kepradah seperti yang saya gunakan dalam judul kolom ini adalah sebuah peribahasa dalam Bahasa Jawa. Kata polah bermakna tingkah laku, sedangkan arti kepradah adalah menanggung malu.
Jika ke dua kata ini dirangkai menjadi kesatuan kalimat, anak polah bapa kepradah mengandung makna seorang ayah menanggung malu karena perbuatan yang telah dilakukan oleh anak kandungnya sendiri.
Tingkah pola dari seorang anak, maka akan berimbas terhadap orangtuanya.
Masyarakat Jawa memiliki prinsip hidup yang menjunjung tinggi nilai-nilai adiluhung yang bersifat universal.
Nilai-nilai luhur yang terus dipahami hingga sekarang seperti termaktub dalam kalimat bijak “anak polah bapa kepradah” berisikan petuah dan nasihat hidup dan kehidupan bahwa manusia harusnya menjalankan kehidupan dengan lebih baik.
Tidak memperlakukan sesama anak manusia seperti budak, memaksakan kehendak di luar nalar kemanusian dan selalu mengatasnamakan Sang Pemilik Kehidupan untuk kepentingan pribadi yang melenceng.
Anak polah bapa keparadah mengingatkan kita semua akan tugas sebagai orangtua untuk memberikan warisan moral, ajaran dan ujaran, pendidikan serta tingkah laku yang pantas dan baik bagi kehidupan.
Bukan harta berlimpah yang menjadi jaminan keberhasilan anak-anak sang pewaris kehidupan, tetapi budi pekerti yang baik.
Kasus Mario Dandy dan ayahnya Rafael Alun Trisambodo, pegawai Pajak yang “tajir melintir" atau kasus Aditya dan ayahnya Achiruddin Hasibuan mengingatkan kita untuk bisa bersyukur dengan hasil kerja karena kejujuran serta memperhatikan pola asuh anak-anak kita.
“Bukankah anak adalah cerminan dari orangtuanya? Apa yang kau harapkan padanya bergantung pada caramu memperlakukannya."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.