Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Syafbrani ZA
Penulis dan Konsultan Publikasi

Penulis Buku diantaranya UN, The End..., Suara Guru Suara Tuhan, Bergiat pada Education Analyst Society (EDANS)

Sepak Bola dan (Putus) Asa Anak Indonesia

Kompas.com - 04/04/2023, 17:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TERLEPAS apapun alasannya, baik tersurat seperti yang termaktub dalam rilis FIFA yang dipublikasikan pada Rabu (29/3) lalu, begitu juga yang tersirat dan tersiar dalam berbagai perspektif yang telah sama-sama kita dengar, pastinya Indonesia gagal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 sudah menjadi takdir.

Oleh karena itu, terlepas apapun dalih untuk membenarkan atas takdir itu, pastinya masyarakat dan insan sepak bola Indonesia telah menelan rasa kecewa yang teramat dalam.

Bayangan menonton tim papan atas dunia merumput di negeri sendiri akhirnya hanya menjadi mimpi yang entah sampai kapan menjadi kenyataan.

Jika kita yang hanya sekadar menjadi penonton saja begitu mendalam kekecewaannya, apalagi bagi para skuad timnas yang akhirnya dibubarkan pada Sabtu (1/4) lalu.

Jika kekecewaan kita yang bukan siapa-siapanya dari para pemain garuda muda itu masih belum terobati, apalagi bagi keluarganya, bagi tetangganya, bagi guru-gurunya, dan termasuk teman-temannya. Mereka lebih sangat kecewa lagi.

Oleh karena itu, ketika takdir kegagalan sudah hadir, harus ada langkah agar kekecewaan itu tidak berlarut melahirkan ketidakpercayaan pada bangsa ini.

Lebih khusus lagi adalah supaya tidak larut kepada para pemain yang secara umur di antaranya masih berkategori anak-anak.

Dan, tentu selanjutnya yang jangan dilupakan adalah kepada puluhan juta anak Indonesia yang sedang bercita-cita mengharumkan nama bangsa melalui talentanya sebagai pemain sepak bola.

Juga kepada puluhan juta anak Indonesia lainnya yang sedang menatap asa untuk terus berprestasi di segala lini, sesuai dengan minat dan bakat yang mereka miliki.

Tragedi ‘kegagalan’ sepak bola yang telah terjadi ini sebaiknya dipandang secara komprehensif. Bukan hanya ujungnya saja yang kemudian kita terjemahkan dengan kegagalan-kegagalan atau kekalahan-kekalahan itu.

Konsep sederhananya adalah karena sepak bola tidak bisa dipisahkan dari peran (elite) negara, maka lihat saja dinamika yang hadir dalam perjalanan negara ini.

Salah satu hal yang sepertinya sulit untuk dibangun adalah semangat persatuan. Sungguh sangat benarlah ketika para pendiri bangsa ini merumuskan salah satu sila dasar negara terkait dengan persatuan.

Persatuan Indonesia adalah pesan betapa pentingnya meletakkan ego pribadi atau golongan untuk kemudian bergerak bersama melancarkan jalannya perjalanan bangsa sehingga terciptanya kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat.

Per hari ini, apa yang kita lihat? Sepertinya masyarakat sudah sangat paham ritme yang hadir. Ketika pentas politik sudah berlalu, perihal bagi-bagi kekuasaan bukan lagi menjadi hal yang tabu.

Sebaliknya, ketika pentas politik mendekat, mereka yang tadinya saling bersama mulai berjauh-jauhan untuk saling berebut memenuhi hajatan masing-masing, yakni merebut kekuasaan lagi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kuota Haji Terpenuhi, Kemenag Minta Masyarakat Tak Tertipu Tawaran Visa Non-haji

Kuota Haji Terpenuhi, Kemenag Minta Masyarakat Tak Tertipu Tawaran Visa Non-haji

Nasional
Sengketa Pileg, Hakim MK Sindir MU Kalah Telak dari Crystal Palace

Sengketa Pileg, Hakim MK Sindir MU Kalah Telak dari Crystal Palace

Nasional
Wakil Ketua MK Sindir Nasdem-PAN Berselisih di Pilpres, Rebutan Kursi di Pileg

Wakil Ketua MK Sindir Nasdem-PAN Berselisih di Pilpres, Rebutan Kursi di Pileg

Nasional
PDI-P Berada di Dalam atau Luar Pemerintahan, Semua Pihak Harus Saling Menghormati

PDI-P Berada di Dalam atau Luar Pemerintahan, Semua Pihak Harus Saling Menghormati

Nasional
Dua Kali Absen, Gus Muhdlor Akhirnya Penuhi Panggilan KPK

Dua Kali Absen, Gus Muhdlor Akhirnya Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Ganjar Tegaskan Tak Gabung Pemerintahan Prabowo, Hasto: Cermin Sikap PDI-P

Ganjar Tegaskan Tak Gabung Pemerintahan Prabowo, Hasto: Cermin Sikap PDI-P

Nasional
Kelakuan SYL Minta Dibayarkan Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta, Bawahan Kebingungan

Kelakuan SYL Minta Dibayarkan Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta, Bawahan Kebingungan

Nasional
Gibran Siap Berlabuh ke Partai Politik, Golkar Disebut Paling Berpeluang

Gibran Siap Berlabuh ke Partai Politik, Golkar Disebut Paling Berpeluang

Nasional
PPDS Berbasis Rumah Sakit, Jurus Pemerintah Percepat Produksi Dokter Spesialis

PPDS Berbasis Rumah Sakit, Jurus Pemerintah Percepat Produksi Dokter Spesialis

Nasional
Polisi dari 4 Negara Kerja Sama demi Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polisi dari 4 Negara Kerja Sama demi Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Soal Peluang Duetkan Anies-Ahok, PDI-P: Masih Kami Cermati

Soal Peluang Duetkan Anies-Ahok, PDI-P: Masih Kami Cermati

Nasional
KPK Kembali Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Singgung Jemput Paksa

KPK Kembali Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Singgung Jemput Paksa

Nasional
Hamas Minta JK Turut Serta dalam Upaya Damai di Palestina

Hamas Minta JK Turut Serta dalam Upaya Damai di Palestina

Nasional
KPU Pertanyakan Klaim PPP Kehilangan 5.000 Suara di Sulsel

KPU Pertanyakan Klaim PPP Kehilangan 5.000 Suara di Sulsel

Nasional
KPU Bantah Dalil Sengketa Irman Gusman yang Ngotot Maju DPD

KPU Bantah Dalil Sengketa Irman Gusman yang Ngotot Maju DPD

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com