JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Dito Ariotedjo angkat bicara soal potensi FIFA menjatuhkan sanksi kepada Indonesia setelah dicoret sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023.
Menurutnya, saat ini lobi-lobi kepada FIFA masih terus dilakukan oleh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).
"Sepengetahuan saya (dari) komunikasi dengan Ketua Umum PSSI Pak Erick Thohir sekarang lobi-lobi dan juga diskusi masih dijalankan," ujar Dito Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (3/4/2023).
"Yang pasti pemerintah dengan tupoksi dan kewenangannya akan selalu support dari apa yang dilakukan Ketua Umum PSSI," tambahnya.
Baca juga: Dapat Surat dari FIFA, Jokowi: Saya Tidak Bisa Jelaskan Isinya
Diberitakan sebelumnya, sepak bola Indonesia kini fokus menghindari sanksi dari Federasi Sepak Bola Internasional atau FIFA setelah RI batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20.
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir mengaku sudah mendapat instruksi dari Presiden Joko Widodo untuk terus melobi FIFA agar Indonesia tidak dikucilkan dari peta sepak bola dunia.
"(Presiden menginstruksikan untuk) kembali membuka pembicaraan dengan FIFA untuk kita tetap menjadi bagian keluarga besar FIFA, yang kita tahu FIFA sendiri total members-nya 216 dari berbagai negara salah satunya kita," kata Erick seusai bertemu Jokowi di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (31/3/2023).
"Sehingga bisa diartikan presiden tidak mau kita terkucilkan dari peta persepakbolaan dunia," ujar dia.
Baca juga: PKS Sindir Prinsip Tidak Diskriminatif FIFA, Coret Rusia dari Piala Dunia tapi Israel Tidak
Erick menuturkan, saat mengumumkan pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20, FIFA jelas menyatakan bahwa mereka tengah mempelajari dan mempertimbangkan potensi sanksi bagi Indonesia.
Erick mengaku belum bisa memastikan sanksi seperti apa yang bakal dijatuhkan, tetapi ia berharap agar jangan sampai Indonesia mendapatkan sanksi terberat.
Sanksi terberat yang dimaksud adalah larangan bagi tim nasional dan klub asal Indonesia untuk berkompetisi di turnamen-turnamen internasional seperti yang pernah dialami pada 2015-2016.
Bila sanksi itu yang dijatuhkan maka aktivitas sepak bola seperti kompetisi hingga pembinaan usia muda hanya bisa dilakukan di dalam negeri tanpa ada output ke tingkat internasional.
Baca juga: Indonesia Fokus Hindari Sanksi FIFA, Jangan sampai Dikucilkan dari Sepak Bola Dunia
"Tentu itu yang terberat di mana kita menjadi menyendiri," kata Erick.
Ia pun menilai sanksi tersebut juga bakal berdampak ke masyarakat luas karena banyak pihak yang terlibat dalam industri sepak bola Indonesia.
Kendati demikian, Erick mengakui ada bentuk sanksi lain yang lebih ringan seperti sanksi administrasi atau sebatas pergantian tuan rumah Piala Dunnia U-20.
Oleh karena itu, ia berjanji akan terus bernegosiasi dengan FIFA untuk menghindari sanksi yang paling berat. "Sanksinya ada tapi jangan yang terberat, nah itu pun apa enggak tahu. Apakah administrasi, apakah apa, saya enggak tahu, kita lihat, tetapi jangan yang sama 2015 begitu," ujar Erick.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.