Konsep Trickle-down effect juga sejalan dengan spillover effect, yang diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat dalam bentuk penciptaan lapangan kerja baru, mengurangi tingkat pengangguran, hingga memeratakan distribusi pendapatan.
Tak heran, setiap pemimpin negara, mulai dari era Presiden Soekarno hingga Joko Widodo, selalu mencari cara untuk menggait bantuan dan mengadvokasi kepentingan pengusaha ataupun konglomerat di Indonesia demi membantu jalannya perekonomian negara.
Di era Presiden Soekarno dan Soeharto, para pengusaha seringkali bekerja di balik layar, sehingga oleh Adam Smith, efek positif yang ditimbulkannya dijuluki sebagai the invisible hand.
Namun, yang terjadi saat ini adalah adanya perubahan paradigma para pengusaha, yang semula membantu urusan politik dan perekonomian negara dengan bekerja di balik layar, kini menjadi muncul langsung secara terang-terangan sebagai pejabat publik dan turut ikut serta dalam pengambilan keputusan di berbagai sektor pemerintahan.
Fenomena ini ternyata dapat berdampak buruk pada jalannya demokrasi, seperti yang terjadi pada Amerika Serikat di masa kepemimpinan Donald Trump.
Presiden Trump yang juga memiliki latar belakang pebisnis, nyatanya banyak mengambil kebijakan yang sifatnya otoriter, bahkan cederung totaliter.
Indikasi kebijakan totaliter Trump antara lain bersikap represif terhadap media dengan menuding CNN dan New York Times menyebarkan berita palsu dan bersekongkol melawannya, banyaknya konflik kepentingan bisnis Trump selama masa pemerintahannya sebagai presiden, hingga klaim kecurangan yang berujung pada kerusuhan pada Pilpres AS 2020.
Semua dilakukan demi melanggengkan bisnis serta pemerintahannya agar berjalan sebagaimana yang ia mau, dan secara langsung menunjukkan sisi totaliter dari seorang pengusaha sekaligus politisi, yang kini lebih dikenal dengan sebutan neo-totalitarianisme.
Lantas, mengapa dominannya pengaruh pengusaha dalam politik dapat berarah pada lahirnya praktik totalitarianisme baru atau neo-totalitarianisme?
Totalitarianisme menurut kamus Merriam-Webster adalah suatu konsep politik di mana warga negara harus tunduk secara total kepada otoritas kekuasaan negara yang bersifat absolut.
Bentuk pemerintahan totalitarianisme mengatur hampir segala aspek dari kehidupan warga negara, dan merupakan bentuk ekstrem dari otoritarianisme dengan menghalau semua bentuk oposisi serta kelompok-kelompok yang menentang rezim.
Di era lama, totalitarianisme dicirikan dengan kepemimpinan yang bersifat respresif dan militeristik, seperti di Italia oleh Benito Mussolini, Jerman oleh Adolf Hitler, Uni Soviet oleh Joseph Stalin, hingga Kamboja oleh Hun Sen.
Di era modern, nyatanya praktik totalitarianisme juga masih terjadi, meskipun tidak dibalut dengan kepemimpinan militeristrik layaknya era lama.
Salah satu contoh gaya kepemimpinan totaliter di era modern terjadi di India, di mana kebijakan populisme dan pembatasan kebebasan sipil oleh Perdana Menteri Narendra Modi membuktikan bahwa kepemimpinan totaliter tetap dapat eksis meskipun negara tersebut menerapkan demokrasi dalam pemerintahannya.
Perbedaan konsep totalitarianisme maupun neo-totalitarianisme di era lama dan baru sebenarnya hanya terletak pada pendekatannya saja.