JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menargetkan pencapaian deteksi tuberkulosis (TBC) sebesar 90 persen pada 2024.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril mengatakan, untuk mencapai target tersebut, pihaknya melakukan upaya screening (deteksi) besar-besaran di tahun 2022.
Pihaknya telah mendeteksi tuberkulosis sebanyak lebih dari 700.000 kasus. Angka tersebut merupakan angka tertinggi sejak TBC menjadi program prioritas nasional.
“Kemenkes menargetkan pencapaian deteksi TBC sebesar 90 persen pada 2024. Upaya screening besar-besaran sudah dimulai sejak 2022,” kata Syahril dalam siaran pers, Jumat (31/3/2023).
Baca juga: Kasus TBC di Situbondo Tembus 1.188 Sepanjang 2022, Dinkes Ungkap Penyebabnya
Syahril menuturkan, pendeteksian tertinggi penyakit TBC merupakan komitmen dari pemerintah dan surveilans yang gencar. Hal ini mengingat langkah pendeteksian merupakan langkah awal untuk bisa mengobati pasien TBC.
“Pendeteksian adalah langkah awal untuk bisa mengobati pasien dengan TBC, sehingga tahun 2022 dilakukan deteksi TBC besar-besaran,” ucap Syahril.
Lebih lanjut ia menyampaikan, Kemenkes sudah membuat protokol yang baru, kerja sama dengan berbagai asosiasi, dan organisasi profesi untuk memprioritaskan pencarian para penderita TBC.
Hal ini sejalan dengan langkah Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin yang meminta seluruh jajaran kesehatan untuk memprioritaskan pencarian para penderita TBC, sehingga 90 persen dari jumlah itu dapat terdeteksi pada 2024.
Termasuk, mendorong dana global (global fund) yang disalurkan ke provinsi, kabupaten, dan kota agar terealisasi lebih cepat.
Pemerintah pun telah menjalin kerja sama luar negeri untuk pengendalian TBC di Indonesia. Pada 14 November 2022 misalnya, Indonesia telah menjalin kerja sama dengan Uni Emirat Arab untuk pengentasan TBC.
Baca juga: Mahasiswa Asal Jakarta yang Meninggal di Kos Berkuliah di UMY, Diduga Sakit TBC
UAE melalui Nota Diplomatik Kedubes PEA di Jakarta No. 1/3/19-281 menyampaikan komitmen Pemerintah Uni Emirat Arab untuk memberikan hibah berupa financial aid sebesar 10 juta dollar AS untuk mendukung program pencegahan tuberkulosis di Indonesia.
"Penemuan kasus sedini mungkin dan pengobatan secara tuntas sampai sembuh merupakan salah satu upaya terpenting dalam memutus penularan TBC di masyarakat," jelas dia.
Sebagai informasi, penyakit TBC di Indonesia menempati peringkat ketiga setelah India dan Cina, yakni dengan jumlah kasus 824.000 dan kematian 93.000 per tahun atau setara dengan 11 kematian per jam.
Berdasarkan Global TB Report 2022, jumlah kasus TBC terbanyak pada kelompok usia produktif terutama pada usia 25-34 tahun.
Di Indonesia jumlah kasus TBC terbanyak yaitu pada usia produktif, terutama pada usia 45 - 54 tahun.
Angka keberhasilan pengobatan TBC sensitif obat di Indonesia pada tahun 2022 sebanyak 85 persen. Sementara angka keberhasilan pengobatan TBC resisten obat di Indonesia tahun 2022 secara umum keberhasilannya 55 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.