Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei Litbang "Kompas": Pendukung Jokowi dan Prabowo Masih Terpecah ke Banyak Capres

Kompas.com - 13/03/2023, 16:30 WIB
Fika Nurul Ulya,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Survei Litbang Kompas pada Januari 2023 merekam, pendukung Presiden Joko Widodo dan pendukung Menteri Pertahanan Prabowo Subianto pada Pemilu 2019 hingga kini belum terkonsentrasi pada satu sosok capres.

Peneliti Litbang Kompas, Yohan Wahyu mengatakan, suara para pendukung Jokowi dan Prabowo masih tersebar pada banyak tokoh politik. Arus dukungan politik juga masih terbuka karena dari tiap kelompok simpatisan memiliki jumlah pemilih mengambang.

"Peluang tokoh-tokoh lain merebut simpati dari kelompok pemilih Jokowi dan pemilih Prabowo tetap terbuka lebar," kata Yohan dikutip dari Kompas.id, Senin (13/2/2023).

 Baca juga: Survei Litbang Kompas: Pendukung Jokowi yang Akan Pilih Ganjar Lebih Banyak dari Prabowo

Pada kelompok pendukung Jokowi, tercatat masih ada 22 persen yang belum menentukan siapa sosok presiden pilihannya dalam survei bulan Januari 2023. Angka pemilih mengambang (undecided voters) ini mengalami kenaikan dibanding survei sebelumnya.

Pada Januari 2022, angka pemilih bimbang dari simpatisan Jokowi mencapai 12,9 persen. Angkanya lalu meningkat menjadi 16,2 persen pada Juni 2022. Kemudian pada survei Oktober 2022, pemilih yang belum menentukan sosok capres ini naik menjadi 17,1 persen.

Hal yang sama terbaca dari kelompok responden simpatisan Prabowo. Pada survei Januari 2022, kelompok pemilih yang belum memutuskan pilihannya tercatat 3,9 persen. Angkanya meningkat menjadi 14,4 persen pada survei Januari 2023.

 Baca juga: Survei Litbang Kompas: Anies Baswedan Dapat Dukungan Elektoral dari Simpatisan Prabowo Subianto

"Adanya kecenderungan makin tingginya jumlah pemilih yang belum menentukan pilihan, hal ini bisa memberikan sinyal bahwa pemilih masih menimbang dengan penuh kalkulatif dan rasional kepada siapa suaranya akan diberikan," beber Yohan.

Pada akhirnya, kata Yohan, semua tokoh yang selama ini berpeluang menjadi capres pada pemilu tahun 2024 mendapatkan kesempatan yang sama untuk merebut hati pemilih, terutama mereka yang masih bimbang dengan pilihan politiknya.

Apalagi, kecenderungan pemilih lebih mengutamakan sosok calon presidennya dibandingkan pengaruh dari luar termasuk endorse dari Jokowi.

Tercatat di kalangan pemilih Jokowi, sebanyak 21,1 persen responden memastikan akan memilih capres yang disarankan Jokowi. Namun, ada 38,4 persen pemilih Jokowi yang akan mempertimbangkan dulu capres yang disarankan.

Lalu, ada 23,7 persen pemilih Jokowi yang tidak akan memilih capres yang disarankan Jokowi.

"Meskipun kelompok pendukung Jokowi lebih tinggi potensinya mengikuti pilihan politik Jokowi, sosok akan tetap menjadi tumpuan pertimbangan pemilih dalam menentukan siapa calon presiden yang diinginkan," ucap Yohan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Nasional
Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

Nasional
Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Nasional
Dilema Prabowo Membawa Orang 'Toxic'

Dilema Prabowo Membawa Orang "Toxic"

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Nasional
Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Nasional
Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Nasional
Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com