Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang Tak Dikenal Sempat Bubarkan Paksa Diskusi Soal Orangutan Tapanuli, Ada Apa?

Kompas.com - 10/03/2023, 14:55 WIB
Fika Nurul Ulya,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebuah forum diskusi yang membahas tentang terancamnya ekosistem Batang Toru sebagai habitat terakhir orangutan Tapanuli akibat pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sempat diminta dibubarkan secara paksa oleh empat orang tidak dikenal.

Adapun peristiwa itu terjadi pada Kamis (9/3/2023), sekitar pukul 10.30 WIB saat diskusi akan dimulai.

Diskusi digelar di sebuah kafe daerah Tebet, Jakarta Selatan oleh Satya Bumi yang bekerja sama dengan The Society of Environmental Journalist (SIEJ), serta didukung sejumlah organisasi sosial masyarakat seperti Walhi, Auriga, Elsam, Huma, Trend Asia, Green Justice Indonesia, LBH Pers, dan Garda Animali.

Saat diskusi akan dimulai, empat orang tidak dikenal datang ke lokasi acara. Salah seorang di antaranya kemudian marah-marah dengan nada membentak meminta diskusi dibubarkan.

Baca juga: Proyek PLTA Batang Toru Kembali Telan Korban, TKA China Tewas Tertimpa Batu di Terowongan

Direktur Eksekutif Satya Bumi, Andi Muttaqien lantas menyayangkan hal tersebut. Menurutnya, upaya pembubaran diskusi adalah pelanggaran kebebasan berekspresi.

"Upaya pembubaran diskusi ini adalah pelanggaran terhadap kebebasan berekspresi," kata Andi dikutip dari siaran pers, Jumat (10/3/2023).

Orang tak dikenal tersebut menjatuhkan sebuah kursi meminta agar diskusi tidak dilanjutkan, ketika panitia berupaya menenangkan.

Pria tersebut mengaku dari Salemba, Jakarta Pusat. Namun. ia tidak menyebut identitas maupun asal institusinya secara jelas saat meminta diskusi dibubarkan.

"Kejadian ini tidak boleh berulang. Kami meminta pihak kepolisian mencegah kejadian serupa terjadi," beber Andi.

Baca juga: Korban Longsor PLTA Batang Toru yang Ditemukan Bertambah, Total 10 Orang

Sebagai informasi, diskusi diadakan menyusul liputan kolaborasi lima media massa nasional yang diinisiasi SIEJ beberapa waktu lalu soal Orangutan Tapanuli atau Pongo Tapanuliensis.

Orangutan tersebut merupakan spesies kera besar paling terancam punah di dunia dan sudah masuk dalam red list The International Union for The Conservation of Nature (IUCN), dengan populasi yang tersisa hanya 800 individu dan berstatus paling langka.

Peneliti Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara, Onrizal menyampaikan, ada sejumlah proyek tambang dan energi yang mengusik ekosistem Barang Toru. Salah satu ancaman yang terbesar berasal dari pembangunan PLTA Batang Toru.

Baca juga: Cerita Baru dari PLTA Batang Toru, Energi Terbarukan dan Masa Depan

Hasil riset yang dilakukan oleh Universitas Sumatera Utara menunjukkan, proyek PLTA telah menggeser habitat orangutan. Proyek PLTA membuat habitat orangutan oleh arus sungai yang berpotensi melebar.

"Hal ini dikhawatirkan akan menekan pasokan makanan, serta mendorong perkawinan sedarah (inbreeding) yang membuat orangutan rentan terhadap penyakit menular, padahal populasinya sudah rawan," tutur dia.

 

Adapun PLTA Batang Toru dibangun secara patungan di bawah PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE). Namun sebagian sahamnya dimiliki oleh State Development and Investment Corporation (SDIC) Power yang berbasis di China.

Perusahaan lain yang turut terlibat adalah anak usaha PT PLN (Persero) PT Pembangkitan Jawa Bali Investasi (PJBI).

PLTA Batang Toru akan menyuplai aliran listrik ke Sumatera-Bali. Anggaran proyek berkapasitas 4 x 127,5 MW mencapai sekitar Rp 20 triliun pada tahun 2026.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan di Kasus TPPU SYL

KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan di Kasus TPPU SYL

Nasional
Prabowo Koreksi Istilah 'Makan Siang Gratis': Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Prabowo Koreksi Istilah "Makan Siang Gratis": Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Nasional
Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Nasional
Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Nasional
KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

Nasional
Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Nasional
Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Nasional
Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Nasional
Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Nasional
Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Nasional
Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Nasional
Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Nasional
Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Nasional
Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Nasional
Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com