Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggota DPR Dorong Pembentukan Pansus Transaksi Mencurigakan ASN Kemenkeu

Kompas.com - 09/03/2023, 12:19 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi III DPR Arsul Sani mendorong pembentukan Panitia Khusus (Pansus) Transaksi Mencurigakan Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk mengungkap laporan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD terkait dugaan pencucian uang oknum pegawai Pajak.

Menurut Arsul, pansus tersebut penting dibentuk apabila pemerintah tak bisa menuntaskan persoalan tersebut secara tuntas.

"Maka DPR perlu pertimbangkan untuk membentuk Pansus Transaksi Mencurigakan ASN Kementerian Keuangan," kata Arsul kepada Kompas.com, Kamis (9/3/2023).

"Penuntasan transaksi yang sudah diungkap Menko Polhukam tersebut akan turut menentukan wajah pemberantasan korups kita ke depan," tambahnya.

Baca juga: Mahfud Sebut Pergerakan Uang Mencurigakan Rp 300 T Libatkan 460 Pegawai Kemenkeu

Arsul mengkhawatirkan, laporan Mahfud itu tidak hanya terkait transaksi mencurigakan oleh para oknum pegawai pajak. Namun, berujung pada adanya kasus tindakan korupsi atau pencucian uang.

"Karena di antara transaksi-transaksi tersebut bisa jadi bukan sekadar transaksi mencurigakan, tetapi terindikasi tindak pidana korupsi dan pencucian uang," ucapnya.

Terlebih lagi, Arsul menduga transaksi-transaksi mencurigakan ini menyangkut pejabat-pejabat dari instansi yang menjadi sumber penerimaan negara, yakni Pajak dan Bea Cukai.

Oleh karena itu, menurutnya, urgensi penuntasan secara hukum dari laporan Mahfud menjadi sangat penting.

"Pertama, ini menyangkut transaksi dengan jumlah yang masif. Kedua, terbukanya transaksi di ruang publik secara serius mengancam tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Ditjen Pajak dan Bea Cukai serta Kementerian Keuangan pada umumnya," kata Wakil Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini.

Arsul merasa heran jika pegawai pajak, yang sejatinya memegang peranan penting mengurus sumber pendapatan negara, justru bertindak koruptif dan melakukan tindakan pencucian uang. Apalagi, lanjut dia, yang dijaga pegawai Pajak adalah sumber pendapatan atau penerimaan keuangan negara yang memegang peranan menentukan dalam urusan APBN.

"Ketiga, ini bisa meruntuhkan moral dan etos kerja aparatur Kementerian Keuangan secara keseluruhan akibat antipati masyarakat. Padahal saya yakin lebih banyak mereka yang baik atau bersih daripada yang nakal dan korup," ujarnya.

Baca juga: Ada Pergerakan Uang Mencurigakan Rp 300 Triliun di Kemenkeu, Komisi III DPR: Fantastis...

Diberitakan sebelumnya, Mahfud yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Pengendalian Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU), mengaku sudah menyerahkan laporan adanya transaksi janggal di Kemenkeu, di luar kasus Rafael Alun Trisambodo (RAT).

"Saya sudah dapat laporan pagi tadi, terbaru malah ada pergerakan mencurigakan sebesar Rp 300 triliun di lingkungan Kemenkeu yang sebagian besar ada di Direktorat Jenderal Pajak dan Bea Cukai, itu yang hari ini," ungkap dia di Universitas Gadjah Mada (UGM), Rabu (8/3/2023).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Nasional
Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Nasional
Menko Polhukam Harap Perpres 'Publisher Rights' Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Menko Polhukam Harap Perpres "Publisher Rights" Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Nasional
Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Nasional
Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Nasional
Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Nasional
Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Nasional
KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

Nasional
Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Nasional
Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Nasional
Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Nasional
Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Nasional
PAN Minta Demokrat Bangun Komunikasi jika Ingin Duetkan Lagi Khofifah dan Emil Dardak

PAN Minta Demokrat Bangun Komunikasi jika Ingin Duetkan Lagi Khofifah dan Emil Dardak

Nasional
Tanggapi Ide 'Presidential Club' Prabowo, Ganjar: Bagus-bagus Saja

Tanggapi Ide "Presidential Club" Prabowo, Ganjar: Bagus-bagus Saja

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com