1. Gagalkan pembentukan negara Papua di Irian Barat.
2. Kibarkan bendera Merah Putih di Irian Barat.
3. Bersiap-siap untuk mengadakan mobilisasi umum.
Di usinya yang masih muda, Korra 1/Caduad mendapat kepercayaan untuk menjalankan tugas operasi Trikora guna membebaskan Irian Barat dari cengkraman tangan Belanda.
Menindaklanjuti tugas operasi tersebut, dibentuklah Komando Mandala dengan markas besarnya di Ujung Pandang dan Soeharto ditunjuk menjadi Panglima Komando Mandala.
Operasi ini diisi oleh kekuatan dari prajurit Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, termasuk sukarelawan dan rakyat dengan sandi "Operasi Jayawijaya".
Misi dari Operasi Jayawijaya adalah untuk membebaskan Irian Barat dari tangan penjajah Belanda dengan mengadakan perang terbuka jika perundingan perdamaian dengan Belanda di New York mengalami kegagalan.
Dalam rangka menyiapkan perang terbuka, pada 19 Desember 1961 terlebih dahulu dilakukan infiltrasi di daerah Fakfak, Misoi, Wagiu, Serui, Sorong, hingga Kaimani.
Baca juga: Mengenal Renang Militer, Kemampuan yang Wajib Dimiliki Prajurit Kostrad
Akhirnya pertengahan Agustus 1962 dilakukanlah serbuan umum melawan Belanda dengan sasaran wilayah Biak, Jayapura.
Dalam serbuan ini, Korra 1/Caduad menurunkan 1 Divisi, hal ini menyebabkan gentarnya pihak Belanda dengan keputusan menyerah tanpa syarat.
Penyerahan Irian Barat ini ditandainya dengan berkibarnya bendera Merah Putih pada 1 Maret 1963.
Setelah Irian Barat berhasil masuk wilayah Negara Kesatuab Republik Indonesia (NKRI), operasi dilanjutkan dengan sandi "Operasi Wisnu Murti".
Operasi ini merupakan operasi lanjutan sebagai langkah konsolidasi yang bersifat pembinaan teritorial (Binter) dan operasi lintas udara (Linud) yang sifatnya tempur.
Berdasarkan pengalaman dari Komando Mandala ini, Soeharto kemudian membuat telaahan staf yang intinya perlunya dibentuk pasukan cadangan strategis.
Gagasan ini pun disetujui dengan keluarnya surat SKEP KSAD Nomor: KPTS 178/2/1963 tertanggal 19 Februari 1963.