Pemberian gaji dan tunjangan kinerja yang jauh lebih besar dari kementerian dan badan negara lain ternyata tidak berdampak kepada mental “nilep” dan “celamitan” dari sebagian oknum pegawai Pajak.
Ke delapan, hal ini sudah masuk dalam “radar” Sri Mulyani akan kekhawatiran terjadinya gelombang ketidakpatuhan atau pembangkangan para wajib pajak untuk tidak patuh menunaikan pembayaran pajak.
Padahal pajak penghasilan perorangan adalah salah satu sumber utama pemasukan bagi kas negara.
“Ngapain bayar pajak jika uangnya dikemplang untuk memanjakan anak pegawai pajak dengan gaya hidup bak sultan?" Komentar-komentar seperti ini sudah bertebaran di jagat maya usai kelakuan Mario dan timbunan harta Rafael terbongkar.
Seorang ayah yang menjadi pejabat Kantor Pajak mengumpulkan seluruh keluarganya usai kejadian sial menimpa rekan sejawatnya.
Sang ayah ingin keluarganya tampil seperti rakyat jelata. Mandi yang biasanya menggunakan sabun cair, harus diganti dengan sabun batangan. Itu pun jika mau habis diminta ayahnya agar potongan sabun ditempelkan ke sabun yang masih baru.
Shower untuk mandi juga diperintahkan diganti dengan gayung berbentuk hati, seperti penghuni kontrakan. Agar lebih identik dengan orang “kere” malah sang ayah meminta anaknya yang tengah indekost agar memilih kamar kontrakan dengan kamar mandi di luar.
Masih dirasa kurang, sang ayah yang tajir melintir karena pat gulipat pembayaran pajak meminta anaknya yang kadung memamerkan motor gedenya bermerek asal negara Uwak Sam untuk disimpan di ruang tamu.
Kalaupun mau keluar, harus mengenakan keranjang seperti pengantar paket di jok belakang mogenya.
Kreatifitas pengguna media sosial di tanah air langsung tertantang begitu kasus “ketengilan” dan kekejaman putra pejabat pegawai Pajak mencuat ke permukaan.
Kisah “lamunan” di atas hanyalah menunjukkan kekesalan para pengguna media sosial akan kekejaman Mario terhadap David serta “kehebatan” Rafael memperoleh aset kekayaan yang luar biasa.
Kasus-kasus penyalahgunaan jabatan, pelanggaran integritas atau deteksi dini penyimpangan oknum di suatu kementerian sebetulnya bisa dieliminir jika fungsi inspektorat berjalan dengan baik.
Jika mengurai kasus Rafael Alun Trisambodo, dengan mudah publik melihat ada sesuatu hal sehingga fungsi-fungsi inspektorat di Kementerian Keuangan tidak berjalan dengan sebagaimana mestinya.
Kalimat ini saya gunakan untuk mengganti kata “lumpuh” atau inspektorat hanya menjadi asesoris kementerian saja.
Menteri Keuangan Sri Mulyani membantah kalau pemeriksaan harta kekayaan yang dimiliki Rafael hanya dilakukan setelah kasus kriminal yang melibatkan Mario tengah mencuat dan menjadi sorotan publik soal ketidakwajaran harta yang dimiliki Rafael.
Inspektorat Kementerian Keuangan diakui Sri Mulyani sudah memeriksa profiling dan mengetahui lama perihal sepak terjang Rafael Alun Trisambodo.
Hanya saja, Inspektorat tidak melakukan tindakan lebih lanjut. Sri berjanji akan mengevaluasi jajarannya akan ketidakberesan tersebut (Kompas.com, 24/02/2023).
Kelemahan Inspektorat Kementerian Keuangan juga semakin nampak jika melihat hasil analisis kekayaan Rafael yang telah dikirimkan sejak lama oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) tanpa ada tanggapan.