Namun negarawan agung dari India, Mahatma Gandhi (1869-1948), memberitahukan: "Kemenangan yang dicapai dengan kekerasan adalah kekalahan dan itu hanya sesaat."
Relawan baik secara individual maupun komunal, mempunyai nilai kodratik yang luhur, yakni orang (orang) yang tidak bisa dipaksa karena ia (atau mereka) melakukan suatu perbuatan atau kegiatan atas dasar sukarela. Betapa mulianya nilai-nilai kodratik ini.
Begitulah relawan tulen, sejati. Sejati seperti halnya cinta dan kejujuran. Aktivis hak asasi manusia, Martin Luther King (1929-1968), begitu yakin hingga ia berkata, “aku percaya bahwa kejujuran dan cinta sejati akan membuahkan hasil.”
Relawan tulen ini pula lewat cinta dan nilai kodratiknya mengimplementasikan pada –sebutlah-- kepedulian tinggi mengembangkan karakter bangsa, penuh cinta.
Mereka memasuki sektor pendidikan bukan menggeser peranan guru, melainkan justru memperkuat pendidikan bagi anak-anak.
Bangsa yang hebat dimulai pembangunan karakternya pada anak-anak. Kegiatan ini dilakukan para relawan bisa dengan cara informal.
Namun tidak mengabaikan nilai-nilai kasih sayang, sikap kesungguhan, dan menumbuh kegemaran belajar pada anak-anak. Sehingga pendekatannya terasa lebih ceria dan penuh cinta.
Itu dalam sektor pendidikan. Dalam kegiatan sosial kemanusiaan relawan di sektor ini bertumpu pada kejujuran untuk pembangunan bangsa.
Relawan sosial kemanusiaan ini berkontribusi dalam gerakan sosial kemanusiaan untuk memerangi kemiskinan pula.
Tingkat kimiskinan Indonesia sudah mencapai 19,3 juta penduduk. Berdasarkan Lembaga Riset Insitute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) tingkat kemiskinan Indonesia pada tahun 2022, adalah 10,81 persen atau setara dengan 29,3 juta penduduk.
Maka sangat mulia putra-putri bangsa ini punya kepedulian tinggi untuk menjadi relawan kemanusian demi memerangi kemiskinan bangsa.
Untuk hal ini antara mereka lakukan dengan memberikan pengajaran keterampilan pada masyarakat, membantu masyarakat menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, serta turut serta meningkatkan mutu pendidikan anak-anak kalangan miskin.
Relawan penuh kemuliaan ini sudah diperlihatkan oleh fakta “Ibu Kembar.” Di mana ibu kembar ini bernama Sri Irianingsih dan Sri Rosyati punya kepedulian kemanusiaan yang tinggi, tanpa mengemis-mengemis pada pemerintah minta bantuan dana.
Ibu kembar ini mengabdikan diri untuk anak-anak jalanan dari penjuru nusantara demi meningkatkan kualitas pendidikan anak jalanan.
Bangsa yang beradab dan modern ini harusnya malu bila tidak bersama-sama membantu ibu kembar ini yang begitu tulus mengajar anak-anak jalan di bawah kolong jembatan.