Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ahmad Khoirul Umam, PhD
Akademisi

Doktor Ilmu Politik dari School of Political Science & International Studies, University of Queensland, Australia. Saat ini, Dosen dan sekaligus Managing Director Paramadina Public Policy Institute (PPPI) Universitas Paramadina, Jakarta. Pemerhati Budaya.

Puan dan Mandat Trah Soekarnoisme

Kompas.com - 30/01/2023, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Diakui atau tidak, Puan menjadi satu-satunya anak Megawati yang berani tampil di gelanggang. Barangkali sebagian masyarakat sering melihat Puan dari segala sisi kelemahannya.

Padahal jika kita cermati dari sisi lainnya, dengan segala macam terpaan kritik, bully, hingga tekanan politik yang bertubi-tubi, sosok Puan termasuk figur yang tabah dan istiqomah dalam menghadapi semua ujian ini.

Karakter gigih dan teguh pendirian itulah yang tertuang dalam nilai-nilai ajaran Soekarnoisme. Karakter yang kuat oleh tempaan zaman. Sehingga, menjadi sangat rasional jika per hari ini, Puan dinilai sebagai pewaris tunggal trah Soekarno.

Dengan demikian, jika banyak penganut ajaran Soekarno yang berada di PDIP dan menghendaki trah Soekarno melanjutkan dan membawa hidup ajaran Soekarno, maka Puan adalah figur yang logis dan rasional untuk memimpin perjuangan Soekarnoisme.

Bahkan jika PDIP sebagai pemiliki kursi yang memenuhi Presidential Threshold 20 persen segera mendeklarasikan Puan sebagai Capres, keputusan itu merupakan hal wajar dan bisa dipahami dengan representasi kearifan dan kebijaksaan dalam memahami teguhnya pendirian dan komitmen pada perjuangan.

Bagaimanapun juga, kondisi kesehatan Megawati yang kian bertambah usia patut diperhitungkan. Jangan sampai ada yang melakukan kudeta dari dalam internal partai, untuk mengambil alih kepemimpinan PDIP dari luar Trah Soekarno.

Dengan modal kekuasaan, basis populisme, dan dukungan logistik memadai yang dihasilkan oleh para pengepul yang silau dengan elektabilitas, maka operasi politik semacam itu memungkinkan untuk dilakukan.

Jika memang Puan akan didorong untuk maju ke kontestasi kekuasaan untuk menjadi simbol keberlanjutan nilai-nilai, ajaran dan Trah Soekarno, keputusan itu bisa dipahami secara sosial-politik. Adapun soal menang dan kalah, itu hal lumrah di dalam kompetisi.

Megawati pernah kalah dua kali Pemilu, tepatnya di Pemilu 2004 dan 2009. Tapi lagi-lagi, dia tetap tabah dan istiqomah dalam menjalankan agenda perjuangan.

Dengan berbagai tantangan, Megawati tetap istiqomah menjaga asa dan keyakinan. Hingga akhirnya ia mampu mengantarkan partainya PDIP pada kemenangan di Pemilu 2014 dan 2019.

Inilah bukti konsistensi Megawati sebagai pemegang ajaran, nilai-nilai, dan trah Bung Karno.

Jika Puan mampu membuktikan dirinya mampu memenangkan pertandingan, semua orang yang selama ini mencibir dan meremehkannya, akan langsung hormat kepadanya.

Cibiran dan kritikan yang selama ini dialamatkan kepada dirinya, akan sirna dan menghilang begitu saja.

Namun jika Puan akhirnya kalah dalam kontestasi, ajaran Soekarnoisme akan tetap tumbuh subur dalam tubuh PDIP, dan ‘Partai Banteng Mencereng’ itu akan membuktikan dirinya telah berhasil melakukan regenerasi trah Soekarno yang siap memimpin perjuangan, dengan segala dinamika dan tantangannya.

Adapun penerus trah Soekarno berikutnya, Megawati telah mengenalkan keduanya cucunya, Diah Pikatan Orissa Putri Hapsari dan Praba Diwangkata Caraka Putra Soma, ketika hadir di acara Rakernas yang bertepatan dengan Harlah ke-50 tahun PDIP pada 10 Januari 2023 lalu.

Keduanya merupakan anak Puan Maharani.

Kepada neneknya, keduanya juga telah menyatakan siap masuk dan beradaptasi dengan lingkungan politik nasional, untuk melanjutkan estafet kepemimpinan dan perjuangan Soekarnoisme untuk kejayaan Indonesia Raya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sejarah Hari Buku Nasional

Sejarah Hari Buku Nasional

Nasional
Tanggal 15 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 15 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
UPDATE BNPB: 19 Orang Meninggal akibat Banjir Bandang di Agam Sumbar

UPDATE BNPB: 19 Orang Meninggal akibat Banjir Bandang di Agam Sumbar

Nasional
KNKT Investigasi Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang, Fokus pada Kelayakan Kendaraan

KNKT Investigasi Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang, Fokus pada Kelayakan Kendaraan

Nasional
Partai Buruh Berniat Gugat Aturan Usung Calon Kepala Daerah ke MK

Partai Buruh Berniat Gugat Aturan Usung Calon Kepala Daerah ke MK

Nasional
Cerita Sulitnya Jadi Ketua KPK, Agus Rahardjo: Penyidik Tunduk ke Kapolri, Kejaksaan, Sampai BIN

Cerita Sulitnya Jadi Ketua KPK, Agus Rahardjo: Penyidik Tunduk ke Kapolri, Kejaksaan, Sampai BIN

Nasional
Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Nasional
Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Nasional
Jokowi Diminta Tak Cawe-cawe Pemilihan Capim KPK

Jokowi Diminta Tak Cawe-cawe Pemilihan Capim KPK

Nasional
PBNU: Pratik Haji Ilegal Rampas Hak Kenyamanan Jemaah

PBNU: Pratik Haji Ilegal Rampas Hak Kenyamanan Jemaah

Nasional
Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

Nasional
Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

Nasional
Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

Nasional
Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Nasional
Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com