Salin Artikel

Puan dan Mandat Trah Soekarnoisme

Terkait dengan tarik ulur legitimasi trah Soekarno, hasil pelacakan berbagai sumber referensi pemikiran Soekarno, memang Proklamator RI itu hampir tidak pernah mempermasalahkan “trah” atau keturunan dalam konteks biologis.

Bahkan pada saat Soekarno menjadi Presiden RI, dia melepaskan bendera partainya untuk menyatukan Bangsa Indonesia dalam ajaran Pancasila dan Persatuan Indonesia.

Soekarno tidak mewariskan harta. Bahkan, rumah saja ia tak punya. Satu-satunya yang diwariskan oleh Soekarno sebagai sebuah legacy dan kebesarannya adalah nilai-nilai dan prinsip ajaran kebangsaan, bukan harta benda atau garis keturunan nama besar dirinya.

Sejak meninggalnya Soekarno, ajaran Soekarnoisme ini seolah “gentayangan”. Bagaikan roh, pemikirannya hadir dan berkembang di tengah masyarakat, tapi tidak memiliki badan dan kerangka yang jelas.

Bahkan sejak Partai Nasional Indonesia (PNI) melebur ke Partai Demokrasi Indonesia (PDI) pada tahun 1973, ajaran Soekarno seolah tidak eksis dan terasa tidak mewarnai dinamika akibat kerasnya tekanan rezim Orde Baru.

Dalam perkembangan sejarah selanjutnya, tidak ada tokoh lain yang membangkitkan kembali ajaran Soekarno dan memberinya wadah, badan atau kerangka untuk dilembagakan, selain Megawati Soekarnoputri.

Megawati dengan segala kelebihan dan keterbatasannya mampu mewujudkan dan memberikan badan dan kerangka kepada ajaran Soekarnoisme, sehingga menjadi gerak langkah politik yang riil dan konkret dalam tubuh PDIP hingga sekarang ini.

Untuk membuktikan komitmen dan konsistensi Megawati pada ajaran Soekarnoisme, bahkan nyawanya pun ia pertaruhkan ketika mendapatkan rongrongan, ancaman dan hantaman dari rezim penguasa Orde Baru.

Jadi, jika masih ada yang mempersoalkan bahwa trah Soekarno hanya bisa diklaim oleh garis keturunan biologis dari jalur anak laki-laki, barangkali klaim itu benar secara budaya, namun kurang tepat jika ditilik dari realitas sejarah dan sosial-politik.

Klaim itu menjadi tidak fair karena Soekarno sendiri tidak anti-gender. Soekarno tidak pernah membeda-bedakan antara laki-laki atau perempuan.

Jika ia sanggup dan mampu untuk mengimplementasikan ajaran dan nilai-nilai kebangsaan yang Soekarno ajarkan, maka dialah pemimpin sejati yang melanjutkan “trah Soekarnoisme”.

Sementara itu, Megawati memiliki tiga anak, yakni M. Rizki Pratama, M. Prananda Prabowo, dan Puan Maharani.

Tatam, sapaan akrab M. Rizki Pratama, dan Nanan, sapaan akrab Prananda Prabowo, tampak lebih banyak memainkan peran di belakang layar. Keduanya cenderung membatasi diri sehingga terasa kurang tampil di permukaan.

Satu-satunya anak Megawati yang paling konsisten berada di garda depan mengawal perjuangan dan menjaga ajarah Soekarnoisme, dengan segala dinamika dan tantangan yang dihadapi, adalah Puan Maharani.

Diakui atau tidak, Puan menjadi satu-satunya anak Megawati yang berani tampil di gelanggang. Barangkali sebagian masyarakat sering melihat Puan dari segala sisi kelemahannya.

Padahal jika kita cermati dari sisi lainnya, dengan segala macam terpaan kritik, bully, hingga tekanan politik yang bertubi-tubi, sosok Puan termasuk figur yang tabah dan istiqomah dalam menghadapi semua ujian ini.

Karakter gigih dan teguh pendirian itulah yang tertuang dalam nilai-nilai ajaran Soekarnoisme. Karakter yang kuat oleh tempaan zaman. Sehingga, menjadi sangat rasional jika per hari ini, Puan dinilai sebagai pewaris tunggal trah Soekarno.

Dengan demikian, jika banyak penganut ajaran Soekarno yang berada di PDIP dan menghendaki trah Soekarno melanjutkan dan membawa hidup ajaran Soekarno, maka Puan adalah figur yang logis dan rasional untuk memimpin perjuangan Soekarnoisme.

Bahkan jika PDIP sebagai pemiliki kursi yang memenuhi Presidential Threshold 20 persen segera mendeklarasikan Puan sebagai Capres, keputusan itu merupakan hal wajar dan bisa dipahami dengan representasi kearifan dan kebijaksaan dalam memahami teguhnya pendirian dan komitmen pada perjuangan.

Bagaimanapun juga, kondisi kesehatan Megawati yang kian bertambah usia patut diperhitungkan. Jangan sampai ada yang melakukan kudeta dari dalam internal partai, untuk mengambil alih kepemimpinan PDIP dari luar Trah Soekarno.

Dengan modal kekuasaan, basis populisme, dan dukungan logistik memadai yang dihasilkan oleh para pengepul yang silau dengan elektabilitas, maka operasi politik semacam itu memungkinkan untuk dilakukan.

Jika memang Puan akan didorong untuk maju ke kontestasi kekuasaan untuk menjadi simbol keberlanjutan nilai-nilai, ajaran dan Trah Soekarno, keputusan itu bisa dipahami secara sosial-politik. Adapun soal menang dan kalah, itu hal lumrah di dalam kompetisi.

Megawati pernah kalah dua kali Pemilu, tepatnya di Pemilu 2004 dan 2009. Tapi lagi-lagi, dia tetap tabah dan istiqomah dalam menjalankan agenda perjuangan.

Dengan berbagai tantangan, Megawati tetap istiqomah menjaga asa dan keyakinan. Hingga akhirnya ia mampu mengantarkan partainya PDIP pada kemenangan di Pemilu 2014 dan 2019.

Inilah bukti konsistensi Megawati sebagai pemegang ajaran, nilai-nilai, dan trah Bung Karno.

Jika Puan mampu membuktikan dirinya mampu memenangkan pertandingan, semua orang yang selama ini mencibir dan meremehkannya, akan langsung hormat kepadanya.

Cibiran dan kritikan yang selama ini dialamatkan kepada dirinya, akan sirna dan menghilang begitu saja.

Namun jika Puan akhirnya kalah dalam kontestasi, ajaran Soekarnoisme akan tetap tumbuh subur dalam tubuh PDIP, dan ‘Partai Banteng Mencereng’ itu akan membuktikan dirinya telah berhasil melakukan regenerasi trah Soekarno yang siap memimpin perjuangan, dengan segala dinamika dan tantangannya.

Adapun penerus trah Soekarno berikutnya, Megawati telah mengenalkan keduanya cucunya, Diah Pikatan Orissa Putri Hapsari dan Praba Diwangkata Caraka Putra Soma, ketika hadir di acara Rakernas yang bertepatan dengan Harlah ke-50 tahun PDIP pada 10 Januari 2023 lalu.

Keduanya merupakan anak Puan Maharani.

Kepada neneknya, keduanya juga telah menyatakan siap masuk dan beradaptasi dengan lingkungan politik nasional, untuk melanjutkan estafet kepemimpinan dan perjuangan Soekarnoisme untuk kejayaan Indonesia Raya. 

https://nasional.kompas.com/read/2023/01/30/06000041/puan-dan-mandat-trah-soekarnoisme

Terkini Lainnya

Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Nasional
Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Nasional
Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Nasional
Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Nasional
Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

Nasional
Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Nasional
Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Nasional
DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

Nasional
Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Nasional
Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto, Prabowo: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto, Prabowo: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke