Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dianggap Aib, Pemulihan Korban Pelanggaran HAM "Petrus" Terkendala

Kompas.com - 16/01/2023, 05:15 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor

Orang-orang yang menjadi sasaran Petrus pada saat itu adalah para preman, kelompok geng, hingga residivis. Akan tetapi, banyak juga korban yang dinilai salah sasaran.

Bahkan lelaki yang sekadar berpenampilan rambut gondrong dan mempunyai tato tetapi bukan penjahat turut dicurigai menjadi korban.

Baca juga: Pengakuan Jokowi Terkait Pelanggaran HAM Berat Dinilai Sekadar Aksesori Politik

Ketakutan terhadap Petrus itulah yang memicu orang-orang yang mempunyai rajah ramai-ramai menghapusnya dengan peralatan seadanya. Bahkan ada yang rela menghapus tato dengan setrika yang mengakibatkan kulit mereka mengalami luka bakar.

Eksekutor Petrus saat itu disebut menghabisi orang-orang yang mereka curigai sebagai penjahat dengan beragam cara. Caranya dengan langsung menembak di tempat, ditikam, dan menculik kemudian disiksa hingga tewas.

Kemudian pelaku membuang jenazah korban operasi Petrus di tempat terbuka supaya dilihat masyarakat dan menciptakan teror. Saat itu aparat juga kerap menggunakan narasi korban perang geng buat menjelaskan penemuan mayat yang diduga korban operasi Petrus.

Diperkirakan ribuan orang tewas akibat kebijakan Petrus di masa Orde Baru.

Setelah melakukan penyelidikan, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyatakan operasi Petrus sebagai pelanggaran HAM berat karena pelaku menghilangkan nyawa dan melakukan penyiksaan terhadap korban tanpa melalui proses pengadilan yang terbuka.

Baca juga: Keraguan Aktivis akan Janji Pemerintah Selesaikan Kasus HAM Berat secara Hukum

Meski ditetapkan sebagai pelanggaran HAM berat, ternyata taktik Petrus ditiru oleh aparat keamanan Filipina di masa pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte. Dalihnya adalah memerangi narkoba dan sindikat pengedarnya.

Korban akibat operasi perang narkoba itu juga ribuan yang kebanyakan berasal dari kalangan masyarakat miskin.

(Penulis : Singgih Wiryono | Editor : Diamanty Meiliana)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com