Ganjar duduk di barisan peserta, berhimpitan dengan peserta lainnya. Bahkan dalam forum tersebut, suara teriakan “Ganjar Presiden” direspons Megawati dengan menutup telinganya.
Kondisi elektabilitas itu sepertinya tidak menjadi kebanggaan bagi Megawati yang merasa sangat personal daripada untuk kepentingan partai.
Namun bagaimanapun elektabilitas Ganjar tetap menjadi magnet penarik bagi partai-partai lain yang berkepentingan dengan elektabilitas atau popularitasnya. Artinya jika sebuah koalisi sepakat mengusungnya, bukan tidak mungkin ia akan eksis nantinya.
Apakah itu artinya Ganjar masih berpeluang untuk maju sebagai kandidat dengan tingkat elektabilitas yang terus meroket? Atau Megawati masih mencoba peruntungan mendorong Puan sebagai calonnya, meskipun konsekuensinya ia harus bekerja lebih keras mendongkrak elektabilitas.
Atau Mega percaya sepenuhnya bahwa seluruh kader PDI-P adalah militan dan loyalis yang telah satu komando dengannya, termasuk satu suara untuk pilpres 2024.
Apakah keyakinannya akan dibayar lunas, atau Megawati masih menyisakan trauma atas kekalahannya yang terlalu percaya diri pada kekuatan kader militan loyalisnya.
Saat pemilihan presiden 2004, terbukti justru pasangam Mega-Hasyim kalah ketika itu dengan perolehan suara 39,38 persen atau 44.990.704 pemilih dan pasangan SBY-Kalla 60,62 persen atau 69.266.350 pemilih.
Barangkali Megawati telah mempersiapkan strategi jitu, termasuk dengan keputusannya menunda pengumuman siapa calon capresnya untuk pilpres 2024.
Bukan tidak mungkin PDI-P atau Megawati akan mengendurkan tensinya, jika kalkulasi politik mengharuskannya tandem dengan koalisi partai lain untuk kemenangan yang lebih menjanjikan.
Tentu kita yakin Megawati juga mempertimbangkan soal waktu yang terus berjalan, dengan berbagai agenda yang semakin padat.
Tidak hanya persiapan teknis, tapi juga bagaimana mendorong kandidat agar memiliki elektabilitas tinggi yang didasarkan pada kemampuan visi dan misinya untuk membangun Negara, bukan melulu hanya menggantungkan nasib pada kadernya.
Apalagi jika dugaan kita benar, maka calon yang dimaksud adalah Puan.
Butuh kerja ekstra keras. Dalam beberapa lembaga survei, elektabilitas Ganjar, Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto jauh meninggalkan rival politiknya dalam perolehan persentase yang bermakna dukungan luas.
Dinamika politik bergerak begitu cepat. Anies yang pada akhir tahun lalu kurang melakukan safari politik menyebabkan elektabilitasnya turun.
Sementara Ganjar dalam kapasitas sebagai Gubernur Provinsi Jawa Tengah, terus berinteraksi intens dengan publik, di tengah kondisi bencana banjir, sehingga elektabilitasnya bisa terjaga, bahkan mengalami kenaikan dalam beberap lembaga survei.