Salin Artikel

Megawati "Roasting" Jokowi, Ingatkan Kacang akan Kulitnya

Di dunia stand up komedi saat ini yang paling kritis jika me-roasting orang pastilah Kiky Saputri, jebolan Stand Up Comedy Academy (Musim 4) stasiun televisi swasta pada 2018.

Keahlian me-roasting sudah menjadi domainnya saat ini sehingga menerima banyak undangan roasting beragam kalangan, dari para menteri, DPR, artis hingga para crazy rich.

Istilah roasting sebenarnya mengacu pada tata cara mengolah biji kopi, untuk dijadikan bubuk sebelum diolah menjadi minuman bercita rasa spesial.

Roasting coffee pada dasarnya adalah proses mengeluarkan air dalam kopi, mengeringkan dan mengembangkan bijinya, mengurangi beratnya memberikan aroma pada kopi tersebut.

Dalam bahasa gaul, roasting diartikan sebagai lawakan yang dimaksud untuk meledek atau menertawakan seseorang, penonton, atau siapa pun yang menjadi target.

Lawakan tersebut dilakukan secara verbal menggunakan kata-kata yang dilontarkan oleh si komedian secara sadar dan sengaja. Bisa menjadi sekadar kesenangan semata atau instrospeksi diri.

Bahasa lainnya adalah sebuah eufimisme atau sindiran satir atas sesuatu, bisa berupa sikap atau nilai yang memang harus dikritisi untuk sebuah “kebaikan” atau kritik membangun.

Roasting politis

Muatan pidato Megawati memang begitu menyita perhatian dalam perayaan emas HUT PDI-P tahun 2023.

Megawati sempat berseloroh soal nasib Jokowi yang mungkin berbeda jika tak ada PDI-P.

"Pak Jokowi itu kayak begitu lho, mentang-mentang. Lah iya, padahal Pak Jokowi kalau enggak ada PDI Perjuangan juga, aduh, kasihan dah," kata Megawati sambil tertawa.

Seloroh Megawati tersebut langsung disambut tawa para tamu undangan, termasuk Jokowi yang duduk di barisan kursi tamu terdepan.

Megawati secara terang-terangan menyampaikan bahwa keputusan untuk menentukan siapa calon yang harus maju dalam pilpres 2024, adalah sepenuhnya hak prerogatifnya sebagai ketua umum partai.

Ketika ia mengatakan bahwa calonnya berasal dari internal partai, secara tidak langsung Megawati seolah sedang mengarahkan pilihan pada Puan Maharani, putrinya, dan memberi peringatan kepada Ganjar Pranowo.

Di acara HUT spesial tersebut, Ganjar bahkan tak mendapat sedikit keistimewaan, meskipun ia adalah salah satu kader militan terbaik yang berelektabilitas tinggi.

Ganjar duduk di barisan peserta, berhimpitan dengan peserta lainnya. Bahkan dalam forum tersebut, suara teriakan “Ganjar Presiden” direspons Megawati dengan menutup telinganya.

Kondisi elektabilitas itu sepertinya tidak menjadi kebanggaan bagi Megawati yang merasa sangat personal daripada untuk kepentingan partai.

Namun bagaimanapun elektabilitas Ganjar tetap menjadi magnet penarik bagi partai-partai lain yang berkepentingan dengan elektabilitas atau popularitasnya. Artinya jika sebuah koalisi sepakat mengusungnya, bukan tidak mungkin ia akan eksis nantinya.

Apakah itu artinya Ganjar masih berpeluang untuk maju sebagai kandidat dengan tingkat elektabilitas yang terus meroket? Atau Megawati masih mencoba peruntungan mendorong Puan sebagai calonnya, meskipun konsekuensinya ia harus bekerja lebih keras mendongkrak elektabilitas.

Atau Mega percaya sepenuhnya bahwa seluruh kader PDI-P adalah militan dan loyalis yang telah satu komando dengannya, termasuk satu suara untuk pilpres 2024.

Apakah keyakinannya akan dibayar lunas, atau Megawati masih menyisakan trauma atas kekalahannya yang terlalu percaya diri pada kekuatan kader militan loyalisnya.

Saat pemilihan presiden 2004, terbukti justru pasangam Mega-Hasyim kalah ketika itu dengan perolehan suara 39,38 persen atau 44.990.704 pemilih dan pasangan SBY-Kalla 60,62 persen atau 69.266.350 pemilih.

Barangkali Megawati telah mempersiapkan strategi jitu, termasuk dengan keputusannya menunda pengumuman siapa calon capresnya untuk pilpres 2024.

Bukan tidak mungkin PDI-P atau Megawati akan mengendurkan tensinya, jika kalkulasi politik mengharuskannya tandem dengan koalisi partai lain untuk kemenangan yang lebih menjanjikan.

Tentu kita yakin Megawati juga mempertimbangkan soal waktu yang terus berjalan, dengan berbagai agenda yang semakin padat.

Tidak hanya persiapan teknis, tapi juga bagaimana mendorong kandidat agar memiliki elektabilitas tinggi yang didasarkan pada kemampuan visi dan misinya untuk membangun Negara, bukan melulu hanya menggantungkan nasib pada kadernya.

Apalagi jika dugaan kita benar, maka calon yang dimaksud adalah Puan.

Butuh kerja ekstra keras. Dalam beberapa lembaga survei, elektabilitas Ganjar, Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto jauh meninggalkan rival politiknya dalam perolehan persentase yang bermakna dukungan luas.

Dinamika politik bergerak begitu cepat. Anies yang pada akhir tahun lalu kurang melakukan safari politik menyebabkan elektabilitasnya turun.

Sementara Ganjar dalam kapasitas sebagai Gubernur Provinsi Jawa Tengah, terus berinteraksi intens dengan publik, di tengah kondisi bencana banjir, sehingga elektabilitasnya bisa terjaga, bahkan mengalami kenaikan dalam beberap lembaga survei.

Megawati kelihatannya masih mengharapkan kharismanya sebagai putri Bung Karno, sebagaimana sering ia sampaikan di forum besar PDI-P seperti apa yang disampaikan dalam pidatonya kemarin.

Ia memiliki keyakinan begitu kuat jika orang masih berharap pada kepemimpinannya, dan meyakini kekuatan itu menjadi senjata kemenangannya pada pilpres 2024 mendatang.

Dalam pidato politiknya, konten yang paling menarik barangkali ketika Megawati mencoba me-roasting Jokowi secara santai, tapi serius. Meskipun dipenuhi candaan namun nuansa politis pidatonya itu terasa merasuk ke dalam hati nurani terdalam Jokowi.

Meski hanya tersipu, Jokowi terlihat tenang. Bahkan Ganjar Pranowo yang duduk dibarisan belakangnya justru menunjukkan wajah penasaran, seperti apa reaksi Pak Jokowi ketika Megawati melontarkan roastingan-nya itu.

Bagi yang kritis dan sensitif politik mungkin akan merasakan pesan yang berbeda dari roasting itu. Sasaran tembaknya langsung to the point.

Terutama ketika menyinggung eksistensi Jokowi dan kontribusi PDI-P sebagai partai pengusung yang berada di balik kesuksesan besarnya hingga saat ini.

Seolah seperti mengingatkan layaknya analogi “kacang yang tak boleh lupa pada kulitnya”, karena ia berasal dari satu tempat yang sama dan, kulit menjaganya sebelum akhirnya ia bisa memberi manfaat lebih besar.

Apalagi ketika mengatakan, bahwa Jokowi tanpa PDI-P adalah sosok yang tidak dikenal publik secara luas.

Muatan pidato itu memiliki dualisme makna, terutama karena pola komunikasi politik Megawati meski tidak sulit ditebak, karena menggunakan bahasa yang sederhana, tapi dapat dimaknai “ada maunya”.

Terutama jika dikaitkan dengan harapan besar Megawati pada Jokowi untuk bisa menangkap esensi pesan politiknya, jika benar dimaksudkan seperti itu. Megawati membutuhkan dukungan atas pilihan politiknya nanti.

Apalagi selama ini Jokowi melalui statemen politiknya seperti mengarahkan publik pada sosok pilihan tertentu. Terutama ketika mengatakan bahwa faktanya ada sosok calon presiden yang karena kerja kerasnya memikirkan rakyat sampai memutih rambutnya.

Jokowi bahkan mengingatkan untuk tidak memilih kandidat yang bermuka cling atau yang lebih memilih tinggal di Istana.

Lantas apa reaksi politik Jokowi setelah “diroasting” Megawati, apakah justru akan berbalik menjadi serangan? Entahlah, apalagi politik sulit ditebak arahnya.

https://nasional.kompas.com/read/2023/01/12/09472321/megawati-roasting-jokowi-ingatkan-kacang-akan-kulitnya

Terkini Lainnya

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke