JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Yasonna H. Laoly menyebut, keberagaman di Indonesia memicu polemik dan masalah yang tidak dapat dicegah.
Berkaca dari keadaan ini, Yasonna menilai pendidikan toleransi di sekolah dan lembaga pendidikan menjadi penting agar setiap orang bisa menghargai perbedaan.
Pernyataan tersebut Yasonna sampaikan dalam webinar Internasional bertemakan “Membangun Budaya yang Menghormati Keberagaman dan HAM melalui Pendidikan Toleransi”. Acara ini digelar Kemenkumham bersama Institut Leimena.
“Salah satu upaya untuk dapat meminimalisir polemik yang diakibatkan keberagaman adalah dengan meningkatkan toleransi,” kata Yasonna, Jumat (9/12/2022) malam.
Baca juga: Wapres Harap NU di Papua Junjung Nilai Toleransi dan Kemanusiaan
Yasonna mengatakan, saat ini permasalahan sosial yang timbul semakin rumit seperti, radikalisasi, perseteruan, kekerasan, separatisme hingga hilangnya rasa kemanusiaan untuk menghargai hak orang lain.
Dia menuturkan, sikap tidak toleran bisa berawal dari sikap dasar pemeluk agama yang merasa paling benar dibanding penganut agama lain. Orang tersebut bisa memandang rendah hingga menilai keyakinan orang lain keliru.
Hal ini, kata Yasonna, bisa membuat manusia memiliki perilaku yang kaku. Mereka ingin kepercayaannya juga diakui orang lain.
“Ingin keyakinannya juga diyakini oleh orang lain, saling menjatuhkan, saling menghujat dan saling mengolok-olok antar pemeluk agama atau bahkan sampai bertindak keras terhadap orang yang berbeda pemahaman dengan mereka,” tuturnya.
Dalam forum yang sama, Duta Besar Amerika Serikat untuk Kebebasan Beragama Internasional, Rashad Hussain menyebut, negaranya dan Indonesia memiliki kesamaan, yakni berkembang dalam keberagaman.
Kedua negara memiliki nilai yang sama yakni, Bhinneka Tunggal Ika atau berbeda-beda tetapi tetap satu dan E Pluribus Umum yang berarti dari banyak menjadi satu.
Hussain menuturkan, dalam mewujudkan persatuan itu, pendidikan memiliki peran yang penting.
“Pendidikan itu sendiri saja telah menciptakan peluang untuk belajar dan berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda,” ujar Hussain.
Lebih lanjut, Hussain menuturkan, upaya perlindungan HAM dan kebebasan beragama berikut keamanan nasional merupakan hal yang penting.
Tidak adanya kebebasan memeluk keyakinan membuat kedekatan sosial masyarakat retak, timpang, dan memicu permusuhan.
Menurutnya, persoalan kebebasan memeluk keyakinan masih menjadi momok di banyak negara di dunia. Sejumlah permasalahan seperti antisemitisme, islamofobia, xenofobia, hingga serangan terhadap kelompok etnoreligius meningkat.
“Penelitian menunjukkan pemerintah-pemerintah yang melemahkan kebebasan beragama, menindas praktik keagamaan, kebebasan ekspresi dan identitas justru memupuk ketidakstabilan bahkan kekerasan,” ujarnya.
“Sepanjang karier saya, saya melihat langsung bagaimana pemerintah kadang aktor non-negara menjadikan agama sebagai senjata dan membuat batasan-batasan sehingga harapan orang terhadap perdamaian dan stabilitas, runtuh,” tambahnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.