Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Darmansjah Djumala
Diplomat dan Dewan Pakar BPIP Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri

Dewan Pakar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri dan Dosen Hubungan Internasional di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung.

Aura Pancasila di KTT G20 Bali

Kompas.com - 28/11/2022, 09:51 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

USAI sudah perhelatan akbar KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) G20 di Bali. Para pemimpin negara, diplomat dan delegasi peserta konferensi sudah kembali ke negara masing-masing.

Tentu dengan kesan dan kenangan masing-masing tentang persidangan sampai malam, perdebatan kalimat per kalimat untul deklarasi, kuliner Bali, dan pertunjukan spektakuler di pelataran Garuda Wisnu Kencana.

Tinggal kini publik dalam negeri bertanya: apa manfaat KTT itu bagi Indonesia, utamanya bagi rakyat?

Sepotong pertanyaan yang wajar. Sebab, rakyat membutuhkan akuntablitas dari pemerintah untuk penyelenggaraan acara yang memakan biaya tak sedikit.

KTT G20 telah menyajikan pemandangan dalam dunia dimensi: fisik dan nilai. Secara fisik, para pemimpin negara menyaksikan dengan mata kepala sendiri kelancaran prosiding persidangan hingga melahirkan kesepakatan politik dalam Leaders’ Declaration.

Komitmen program konkret (tangible results) diyakini memberi manfaat langsung bagi rakyat berbagai bangsa.

Pagelaran budaya disajikan dengan sangat spektakuler mengundang decak kagum. Dari situ terpancar marwah Indonesia yang profesional, baik diplomat yang melakukan negosiasi maupun seniman yang menggelar pertunjukan budaya. Itu dari dimensi fisik.

Tapi, nilai apa yang memberi inspirasi (inspiring values) dari penyelenggaraan KTT G20 di Bali itu?

Sistem nilai bagi suatu masyarakat tersimpul dalam pandangan hidup bangsanya dan ideologi negaranya.

Secara politik dan konstitusional, pandangan hidup bangsa dan ideologi negara adalah Pancasila. Ini kesepakatan final.

Karena ia final, maka wajar jika Pancasila diaktualisasikan dalam pri-kehidupan bangsa dan negara, baik dalam tataran prilaku individu maupun pemerintah.

Dalam tataran pemerintah, Pancasila justru menjadi sumber nilai bagi arah haluan negara, baik dalam konteks kebijakan maupun praksis.

Terkait konteks praksis, muncul satu pertanyaan: apakah dalam KTT G20 Bali ada nilai-nilai Pancasila yang menginspirasi proses dan hasil konferensi tersebut?

Refleksi nilai Pancasila dalam KTT G20 bisa dilihat dalam tiga aspek amatan: partisipasi negara, subtansi konferensi, dan hasil konkret konferensi.

Pertama, dilihat dari aspek partisipasi negara anggota, Indonesia telah berhasil mempertemukan pihak-pihak yang bertikai dalam satu forum.

Di tengah kecamuk perang Rusia-Ukraina serta krisis pangan dan energi yang diakibatkannya, banyak pihak meragukan relevansi dan efektifitas KTT G20 Bali.

Sulit membayangkan Indonesia bisa mengumpulkan pemimpin dunia di tengah mood politik internasional sedang tidak baik-baik saja.

Ternyata 17 pemimpin negara hadir. Malah mampu pula menghasilkan kesepakatan politik berupa Leaders’ Declaration.

Kemampuan mempersatukan pemimpin negara di tengah gonjang-ganjing politik dunia merefleksikan nilai Persatuan seperti dititahkan Pancasila dalam sila ketiga.

Memenuhi undangan Indonesia, para pemimpin negara itu bersedia datang ke Bali untuk mencari solusi bagi kesejahteraan dan perdamaian dunia.

Bukan hal mudah. Indonesia sebagai tuan rumah kerja keras mencari titik-titik persamaan di antara berjuta perbedaan.

Meskipun begitu, tercapai juga kesepakatan politik. Upaya mencari solusi melalui dialog adalah manifestasi nilai musyawarah sesuai dengan sabda sila ke-4 Pancasila.

Kedua, dalam tataran substansi, Indonesia menetapkan tiga prioritas: infrastruktur kesehatan global, transformasi ekonomi digital, dan transisi energi berkelanjutan.

Pilihan isu prioritas bukan tanpa alasan. Ada pertimbangan ideologis di sana. Indonesia dengan sadar mengangkat isu pandemi.

Pandemi telah merenggut jutaan nyawa manusia. Tidak semua negara mampu mengatasinya, terutama negara miskin.

Mereka memiliki akses terbatas untuk memiliki alkes dan vaksin. Mereka perlu dibantu. Indonesia menetapkan masalah penyediaan vaksin sebagai prioritas karena ingin membantu negara yang tak mampu.

Naluri membantu negara tak mampu itu adalah wujud nyata nilai Kemanusiaan, seperti diamanatkan sila kedua Pancasila.

Transformasi ekonomi digital di tangan Indonesia diarahkan untuk memberdayakan usaha kecil menengah (UKM) agar mereka melek digital.

Dengan program digital literacy bagi UKM diharapkan mereka bisa naik kelas dan taraf hidupnya meningkat.

Memberdayakan UKM untuk kesejahteraan mengandung nilai Keadilan, persis seperti dititahkan sila kelima Pancasila.

Prioritas ketiga transisi energi berkelanjutan juga sungguh terinspirasi dari nilai Pancasila. Transisi energi berkelanjutan dimaksudkan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan keselamatan bumi.

Bumi dan alam seisinya adalah anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Umat manusia wajib menjaga dan merawatnya. Kewajiban menjaga alam dan seisinya adalah inspirasi sila kesatu, Ketuhanan Yang Maha Esa.

Ketiga, KTT G20 ternyata tidak saja berhasil memproduksi dukumen berupa deklarasi politik. Yang jauh lebih penting, KTT G20 juga mampu menelurkan hasil konkret berupa Pandemic Fund.

Dana patungan 21 negara (termasuk Indonesia) dan 3 lembaga filantropi berjumlah 1,4 miliar dollar AS dimaksudkan untuk membantu negara-negara yang kurang mampu dalam pembiayaan pencegahan, persiapan, dan respons terhadap pandemi.

Dana tersebut bisa juga digunakan untuk riset dan produksi obat dan vaksin. Pandemic Fund ini berhasil dikumpulkan dari sumbangan negara anggota.

Kemampuan memobilisasi dana ini cerminan dari nilai Persatuan sila ketiga Pancasila dan semangat gotong royong yang sudah menjadi DNA bangsa Indonesia.

Naluri kerjasama dan gotong royong ini terpancar jelas selama penyelenggaraan KTT G20, terutama terkait mobilitasi pandemic fund.

Bahwa pandemic fund ini digunakan untuk membantu negara berkembang mengatasi pandemi, memancarkan nilai Kemanusiaan dan Keadilan, sila kedua dan kelima Pancasila.

Di KTT G20 di Bali, Presiden Jokowi, Menlu Retno Marsudi dan para diplomat Indonesia mendapat apresiasi dari peserta konferensi baik untuk penyelenggaran persidangan maupun pembahasan substansinya.

Keberhasilan itu tak lepas dari citra positif Indonesia selama ini dalam perjuangan diplomasinya yang dikenal sebagai honest broker dan bridge builder, sehingga Indonesia memiliki diplomatic credential dalam setiap inisiatifnya membantu mengatasi masalah dunia.

Selama KTT G20, pemimpin, pejabat dan diplomat Indonesia mampu mengaktualisasikan nilai Pancasila dalam substansi persidangan.

Alhasil, aura Pancasila benar-benar terpancar dari keberhasilan KTT G20. Dunia menyaksikan komitmen Indonesia berkontribusi dalam menangani masalah global.

Komitmen Indonesia itu adalah sabda Konstitusi yang diinspirasi oleh nilai luhur Pancasila.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

1.168 Narapidana Buddha Terima Remisi Khusus Waisak 2024

1.168 Narapidana Buddha Terima Remisi Khusus Waisak 2024

Nasional
Menteri AHY Usulkan Pembentukan Badan Air Nasional pada WWF 2024

Menteri AHY Usulkan Pembentukan Badan Air Nasional pada WWF 2024

Nasional
Hormati Jika PDI-P Pilih di Luar Pemerintahan, Prabowo: Kita Tetap Bersahabat

Hormati Jika PDI-P Pilih di Luar Pemerintahan, Prabowo: Kita Tetap Bersahabat

Nasional
Setiap Hari, 100-an Jemaah Haji Tersasar di Madinah

Setiap Hari, 100-an Jemaah Haji Tersasar di Madinah

Nasional
PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

Nasional
KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan dalam Kasus TPPU SYL

KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan dalam Kasus TPPU SYL

Nasional
Prabowo Koreksi Istilah 'Makan Siang Gratis': Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Prabowo Koreksi Istilah "Makan Siang Gratis": Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Nasional
Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Nasional
Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Nasional
KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

Nasional
Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Nasional
Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Nasional
Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Nasional
Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Nasional
Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com