Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

MAKI Minta Kapolda Metro Jaya Dicopot, Duga Ada Supervisi ke Polres Jaksel dalam Kasus Brigadir J

Kompas.com - 21/11/2022, 15:34 WIB
Syakirun Ni'am,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Koordinator Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) Boyamin Saiman meminta Mabes Polri mencopot Kapolda Metro Jaya, Irjen Fadil Imran karena diduga turut menghalang-halangi proses penyidikan pembunuhan Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J

Boyamin mengatakan, dalam proses hukum yang dilakukan Polres Metro Jakarta Selatan terhadap kematian Brigadir J terdapat supervisi dari Polda Metro Jaya. Termasuk, oleh Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum (Wadirkrimum) Polda Metro, AKBP Jerry Siagian.

“Jadi, kalau dari tataran itu, apapun peristiwanya, ternyata ini kena prank (misalnya) gitu, maka ketika Kapolresnya dicopot, Kapoldanya juga harus diganti,” kata Boyamin dalam keterangannya kepada wartawan, Senin (21/11/2022).

Sebagaimana diketahui, Mabes Polri mencopot Kapolres Metro Jakarta Selatan, Kombes Budhi Herdi Susianto setelah dinonaktifkan dari jabatannya pada 20 Juli 2022.

Baca juga: Putri Candrawathi Bantah Lihat dan Lewati Jenazah Brigadir J

Budhi Herdi adalah orang pertama yang mengumumkan kepada publik terkait kematian Brigadir J.

Saat itu, ia menyebut Brigadir J tewas akibat baku tembak dengan Bharada Richard Eliezer atau Bharada E di rumah dinas eks Kadiv Propam Polri, Ferdy Sambo.

Sementara itu, Jerry diberhentikan dengan tidak hormat dari Polri karena melakukan perbuatan tercela dalam menangani kematian Brigadir J.

Boyamin kemudian membandingkan tindakan terhadap Kapolda Metro Jaya dengan langkah Mabes Polri yang mencopot Kapolda Jawa Timur, Irjen Nico Afinta usai tragedi Kanjuruhan di Malang.

Menurutnya, dalam kasus Kanjuruhan yang menewaskan 135 orang, Mabes Polri tidak hanya mencopot Kapolres Malang. Nico Afinta selaku Kapolda juga dicopot.

Baca juga: Ferdy Sambo Sempat Tanda Tangani Berkas Kasus Brotoseno di Hari Brigadir J Tewas

Berkaca dari hal ini, ia meminta Kapolda Metro Jaya juga dicopot buntut keterlibatan anggotanya dalam obstruction of justice atau menghalang-halangi penyidikan kematian Brigadir J.

“Artinya pada tahapan itu, selaku Kapolda harus bertanggungjawab, pucuk pimpinan tertinggi mengatur anak buah dan mengelola anak buah,” ujar Boyamin.

Sebelumnya, Brigadir J tewas dengan sejumlah luka tembak di tubuh. Ia diduga menjadi korban pembunuhan berencana.

Tak hanya itu, kasus kematiannya sempat disebut sebagai peristiwa tembak-menembak.

Puluhan anggota korps Bhayangkara turut terseret dalam perkara ini. Sebanyak tujuh di antara mereka dipecat sementara yang lainnya mendapatkan sanksi etik dan pemeriksaan internal.

Dalam kasus ini, polisi telah menetapkan lima orang tersangka yakni, Ferdy Sambo, Istri Sambo Putri Candrawathi, ajudan Sambo Brigadir Ricky Rizal, Bharada Richard Eliezer, dan pembantu Sambo bernama Kuat Ma'ruf.

Saat ini, mereka berlima sedang menjalani sidang di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan.

Baca juga: Profil dan Sepak Terjang Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com