JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyoroti kematian bayi di Indonesia yang tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara tetangga di ASEAN.
Budi menyebut angka kematian bayi di Indonesia mencapai 24 per 1.000. Dia menargetkan kematian bayi harus turun jadi 14 per 1.000.
"Saya review angka kematian bayi, angkanya di 24 per 1.000. Harus diturunkan jadi 14 per 1.000. Singapura 1,8 per 1.000. Besar sekali bedanya. Walau kita turun ke 14 per 1.000, kita masih 800 persen lebih tinggi dari tetangga," ujar Budi secara virtual, Minggu (20/11/2022).
Baca juga: Menkes Pastikan Data yang Dibocorkan Bjorka Bukan dari PeduliLindungi
Budi mengaku sudah menyampaikan kepada Kemenkes mengenai kekhawatirannya terkait kematian bayi Indonesia.
Dia berambisi menurunkan angka kematian bayi Indonesia menjadi 10 per 1.000.
"Malu negara sudah merdeka, (tapi) masih setinggi ini (angka kematian bayi)," ucapnya.
Kemudian, Budi memaparkan, ada tiga faktor utama yang menyebabkan kematian bayi di Indonesia tinggi.
Di antaranya seperti berat badan bayi sudah rendah sejak lahir, asfiksia, dan faktor genetik.
Baca juga: Menkeu-Menkes G20 Kukuhkan Komitmen Perkuat Kesehatan Global, Dana Pandemi Terkumpul Rp 21 Triliun
Budi menjelaskan Kemenkes akan fokus untuk mengatasi faktor berat badan lahir rendah dan asfiksia terlebih dahulu.
Jika Kemenkes berhasil menekan angka kematian bayi hingga 40-50 persen saja, maka angka kematian bayi di Indonesia bisa mencapai 12 per 1.000.
"Kita tuh ingin lakukan banyak hal sekaligus sehingga tidak fokus. Saya sama Pak Presiden waktu awal (menjabat) ditugasi vaksinasi, pandemi, dan transform kesehatan. Saya tahun pertama vaksinasi saja. Alhamdulillah kita 440 juta (vaksinasi) 18 bulan," tutur Budi.
Selanjutnya, untuk solusi berat badan bayi, Budi menyebut peran ibu sangat besar.
Kemenkes, kata dia, menyiapkan layanan terpadu mulai dari posyandu, puskesmas, dan rumah sakit besar.
Baca juga: Soal Oplosan Bahan Baku Obat Sirup, Menkes: Wewenang Ada di BPOM
Peningkatan edukasi terkait kehamilan pun terus digencarkan Kemenkes.
"Jangan hamil pada usia muda, jangan hamil terus-terusan. Jangan hamil terlalu dekat, jangan sampai kurang gizi, anemia jangan sampai, tekanan darah ibu dijaga, hal yang sifatnya sebelum lahir harus diberesin. Program kedua, pada saat ibunya hamil. Bagaimana kita tahu bayi tetap sehat," terangnya.
"Kita lengkapi puskesmas dengan USG. Harapan 2023, puskesmas lengkap USG. Saya tanya dokter USG sangat dibutuhkan. Ada 4,2 juta keluarga yang sekitar 3 jutanya tanpa USG yang daerahnya tidak seberuntung kita. Saya juga kaget, USG bukan alat mahal tapi baru 2.000 di 10.000 puskesmas. Itu yang kita beresin," sambung Budi.
Baca juga: Kapal RS China Bakal Beri Pengobatan di Teluk Jakarta, Menkes: Diizinkan, tapi...
Budi berharap inisiatifnya itu bisa didorong agar angka kematian bayi bisa berkurang pada tahun 2024.
Dia mengatakan Indonesia harus punya mimpi untuk menekan angka kematian bayi di bawah 10 per 1.000.
"Kita Kemenkes enggak mungkin lakukan sendiri. Kita butuh bantuan IDAI sampaikan ke dokter di Indonesia. Dengan demikian, (kematian bayi) di bawah 10 per 1.000 bisa kita capai," imbuh dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.