Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sumpah Pemuda dan Pergulatan Mencari Bahasa Pemersatu Bangsa

Kompas.com - 28/10/2022, 06:15 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor

Menurut Yamin, bahasa Jawa, Sunda, Aceh, Bugis, Batak, dan bahasa dari daerah lain juga dianggap bagus. Namun, kata dia, penggunaannya masih terbatas di wilayah tertentu.

Sedangkan bahasa Melayu menurut Yamin sudah jamak digunakan sebagai bahasa pengantar di Nusantara, selain bahasa Arab dan Belanda.

"Saya yakin seyakin-yakinnya bahwa bahasa Melayu lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan dan bahasa persatuan yang ditentukan untuk orang Indonesia. Dan kebudayaan Indonesia masa depan akan mendapatkan pengungkapannya dalam bahasa itu," demikian isi pidato Yamin.

Dilansir dari buku Indonesia dalam Arus Sejarah (2013), gagasan ini pun masih sebatas wacana.

Belum ada kesepakatan yang diambil dalam Kongres Pemuda I, termasuk soal bahasa persatuan.

Baca juga: Sumpah Pemuda dan Spirit Kebangsaan

Ketua Kongres, Mohammad Tabrani Soerjowitjiro, juga merasa kurang setuju dengan pemikiran Yamin mengenai penggunaaan bahasa Melayu.

Tabrani menyampaikan gagasan tentang penggunaan bahasa persatuan tanpa menggunakan bahasa daerah.

Di sisi lain, bahasa Jawa juga tak disetujui sebagai bahasa persatuan, meskipun pemuda dari etnis Jawa saat itu agak mendominasi organisasi pemuda.

Para pemuda yang merasa belum dapat menyatukan pandangan dalam Kongres Pemuda I tetap melakukan sejumlah pertemuan.

Setelah sejumlah pertemuan antarkelompok pemuda, mereka kemudian sepakat menggelar Kongres Pemuda II di Batavia pada 27-28 Oktober 1928.

Baca juga: 10 Tokoh Sumpah Pemuda, WR Supratman Salah Satunya

Gagasan mengenai bahasa persatuan kembali dibahas dalam kegiatan itu oleh Mohammad Yamin.

Menurut Yamin, bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa memang membutuhkan kemauan untuk bersatu.

Meski begitu, dia tetap berharap kekhasan daerah tidak hilang.

Alhasil Yamin mulai menuliskan gagasan "Sumpah Pemuda" yang salah satunya menyinggung tentang bahas persatuan dalam suatu kertas di tengah kongres.

Kertas itu kemudian dia berikan kepada Soegondo Djojopoespito, yang saat itu menjabat Ketua Kongres.

Baca juga: Alasan Sumpah Pemuda Menjadi Puncak Pergerakan Nasional 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com