Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sumpah Pemuda dan Pergulatan Mencari Bahasa Pemersatu Bangsa

Kompas.com - 28/10/2022, 06:15 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Bahasa Indonesia yang saat ini digunakan mempunyai sejarah panjang dan terkait dengan Sumpah Pemuda yang dicetuskan dalam Kongres Pemuda II pada 28 Oktober 1928.

Momen itu dianggap sebagai tonggak kebangkitan nasionalisme rakyat untuk lepas dari penjajah.

Akan tetapi, upaya merumuskan sebuah bahasa yang bisa mempersatukan bangsa pada saat itu tidak mudah.

Pada saat itu sejumlah organisasi kepemudaan bermunculan seperti Boedi Oetomo, Tri Koro Darmo yang berubah menjadi Jong Java, Jong Celebes, dan Jong Sumatranen Bond yang berada di dalam negeri, hingga Indische Vereeniging (Perhimpunan Indonesia) yang didirikan pelajar Indonesia di Belanda.

Baca juga: Isi dan Makna Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928

Ketika itu sikap masyarakat yang mementingkan golongan atau sikap kedaerahan juga tercermin dalam organisasi kepemudaan.

Pada 1926, para pemuda yang tergabung dalam berbagai organisasi kemudian menyadari mereka membutuhkan sebuah simbol untuk persatuan.

Hal itu menjadi salah satu agenda yang dibahas dalam Kongres Pemuda I yang digelar pada 30 April sampai 2 Mei 1926.

Meski begitu, saat itu Kongres Pemuda bermaksud untuk menyatukan para organisasi pemuda ke dalam satu wadah bersama. Akan tetapi usulan itu tidak disetujui, termasuk oleh Mohammad Yamin.

Baca juga: 4 Koleksi Menarik Museum Sumpah Pemuda, Ada Biola W.R. Supratman

Alhasil kegiatan itu dianggap tak menghasilkan apa-apa, karena banyak yang menilai masing-masing kelompok pemuda masih mengutamakan perjuangan yang bersifat kedaerahan.

Meski Kongres Pemuda I belum berhasil menghasilkan kesepakatan bersama, saat itu sudah muncul kemauan akan gagasan akan persatuan bangsa.

Gagasan itu salah satunya disampaikan oleh Yamin yang menjadi Ketua Jong Sumatranen Bond.

Sebagai seorang ahli bahasa, Yamin menilai salah satu hal yang diyakini bisa menjadi pemersatu bangsa adalah bahasa.

Menurut buku Cendekiawan dan Kekuasaan dalam Negara Orde Baru (2003), Yamin menyampaikan gagasan bahasa persatuan melalui pidatonya yang berjudul "Kemungkinan Bahasa-bahasa dan Kesusastraan di Masa Mendatang".

Saat itu Yamin mengusulkan supaya bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan.

Alasan Yamin mengajukan bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan bukan karena dinilai lebih unggul ketimbang bahasa dari daerah lain.

Ilustrasi Sejarah Sumpah PemudaDOK. Museum Sumpah Pemuda Ilustrasi Sejarah Sumpah Pemuda

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com