Justru pembawaan perempuan sebenarnya mampu menetralkan ruang demokrasi yang panas karena ulah laki-laki.
Partai politik tidak perlu lagi menjadi “haram” bagi perempuan. Justru partai politik adalah kendaraan yang bisa memuat segala kepentingan tanpa ada diskriminasi fisik dan jenis kelamin.
Diskusi–diskusi ideologis bisa dimulai dari keterlibatan perempuan dalam partai politik. Memang tidak bermaksud membatasi perempuan memperjuangkan haknya di tempat lain.
Perempuan tetap bisa melakukan hal itu, tetapi harus ada langkah strategis agar aspirasi lebih keras dan dapat didengar.
Berhubung negara kita didominasi kekuatan partai politik, maka kesempatan bergabung bisa dilakukan perempuan.
Bergabungnya perempuan dalam partai politik akan memberikan model dinamika yang sedikit berbeda. Semakin beragamnya gagasan dan latar belakang dalam partai politik membuat alur dinamika lebih aktual dan komprehensif.
Partai jangan lagi konservatif dan hanya mendengar kekuatan patriarki. Partai politik harus mentransformasikan diri untuk menangkap sistem berpikir perempuan yang saat ini berbondong-bondong masuk politik.
Demokrasi liberal saat ini menghasilkan perilaku politik instan. Perilaku politik tidak hanya ada dalam internal elite, melainkan disantap juga oleh sebagian masyarakat kita.
Nah, ini merupakan pekerjaan rumah yang juga menjadi tanggung jawab perempuan dalam mengatasi politik transaksional.
Demokrasi instan dengan gaya mengkapitalkan modal mengakibatkan jaringan patron berkembang dengan cepat.
Politik kita hari ini sangatlah transaksional mengalir hampir kesetiap masyarakat dan elitenya. Jika perempuan masuk dalam lingkaran gelap ini, berarti tidak ada perbedaan yang signifikan oleh perempuan dari gagasan politik barunya.
Perempuan akhirnya terjebak dalam alunan patriarki yang telah diberi ilusi oleh politik transaksional.
Logika kontrusktif adalah senjata yang harus dimilki oleh setiap politisi. Seni komunikasi dengan memanfaatkan logika merupakan cara-cara lama, tapi adaptif bagi politisi dalam membangun jejaring dan memenangkan argumen.
Bagi politisi, perdebatan merupakan jalan untuk mempertaruhkan gagasan atau kepentingan. Kita sering melihat bagaimana politisi berdebat di arena – arena legislatif, eksekutif, dan publik.
Tentu perdebatan itu didorong oleh logika konstruktif dari masing-masing politisi. Terkadang dalam politik transaksional, tekanan emosional sering dijauhkan.
Perempuan cenderung lebih emosional dibandingkan laki-laki. Jika tekanan emosional perempuan tidak bisa dikendalikan, maka politik hanyalah langit gelap bagi perempuan.
Dalam politik perang urat saraf sering dipakai untuk menjatuhkan lawan. Bahkan sesuatu yang seharusnya tidak dibicarakan bisa saja terbuka di depan umum.
Artinya, logika perlu untuk menekan emosi agar seorang politisi tidak terganggung ketika berdebat dan tersinggung dengan ucapan-ucapan nakal politisi lain.