JAKARTA, KOMPAS.com - Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) mengungkapkan, terdapat ambang batas cemaran etilen glikol pada obat cair yang tidak menimbulkan kerugian.
Hal ini tertuang dalam surat bernomor B2-382/PP.IAI/2226/X/2022 yang ditandatangani oleh Ketua Umum IAI Noffendri dan Sekretaris Jenderal Lilik Yusuf Indrajaya.
Surat ini ditujukan untuk para Ketua Pengurus Daerah IAI se-Indonesia serta para apoteker.
Baca juga: Obat Sirup Disetop, IDAI Jabar Sarankan Pakai Kompres hingga Perbanyak Air Putih Saat Anak Demam
IAI menyampaikan, senyawa etilen glikol dan dietilen glikol tidak digunakan dalam formulasi obat. Namun, keberadaannya dimungkinkan dalam bentuk kontaminan pada bahan tambahan sediaan sirup.
"Keberadaannya dimungkinkan dalam bentuk kontaminan pada bahan tambahan sediaan sirup dengan nilai toleransi 0,1 persen pada gliserin dan propilen glikol, serta 0,25 persen pada polietilen glikol," tulis pengurus pusat IAI dalam surat tersebut dikutip Kompas.com, Kamis (20/10/2022).
"Batas nilai toleransi tersebut tidak menimbulkan efek yang merugikan," lanjutnya.
Baca juga: Dosen UNS: Obat Sirup Dilarang karena Mengandung 2 Zat Ini
Sementara terkait instruksi Kemenkes agar apotek tidak menjual obat sirup untuk sementara itu karena merebaknya gangguan ginjal akut misterius, IAI mengaku menghargai kebijakan pemerintah untuk kewaspadaan.
IAI pun mengimbau agar apoteker yang bekerja di industri farmasi diimbau untuk terus berupaya meningkatkan kepatuhan pada standar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), terutama dalam menjaga kualitas obat-obatan yang diproduksi.
Sementara itu, apoteker yang bekerja di sarana pelayanan kefarmasian dan di sarana pelayanan kesehatan untuk berkolaborasi bersama dokter dan tenaga kesehatan lainnya memberikan edukasi kepada masyarakat.
"Edukasi tentang penggunaan obat yang rasional dan aman, rekomendasi penggunaan obat dalam bentuk sediaan lain, dan rekomendasi terapi non-farmakologi," sebut IAI.
Baca juga: Takut Obat Sirup, Orangtua Bisa Berikan Puyer untuk Anak
Lalu, IAI mengimbau apoteker untuk berkolaborasi bersama dokter dan tenaga kesehatan lainnya melakukan monitoring penggunaan obat oleh pasien maupun masyarakat.
Kemudian, IAI mengimbau untuk lebih memperhatikan kemungkinan terjadinya interaksi obat ataupun juga interaksi antara obat dan makanan yang berisiko menimbulkan kejadian fatal seperti kegagalan organ termasuk kondisi gagal ginjal akut.
"IAI mengimbau kepada apoteker untuk tetap memantau perkembangan informasi terkini, dan memberikan informasi kepada masyarakat dengan benar sesuai referensi terkini untuk menenangkan masyarakat," imbaunya.
Baca juga: Kemenkes: Etilen Glikol Ditemukan pada Beberapa Obat Sirup
Sebagai informasi, Kemenkes mencatat jumlah penderita gangguan ginjal akut misterius mencapai 206 kasus yang tersebar di 20 provinsi di Indonesia hingga Selasa (18/10/2022).
Sebanyak 99 di antaranya meninggal dunia. Mayoritas pasien yang meninggal adalah pasien yang dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Angka kematian pasien yang dirawat di RSCM mencapai 65 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.