"Lalu terdakwa Ferdy Sambo kembali berpura-pura melayangkan sikutnya ke arah saksi Adzan Romer dan berkata, 'kamu tidak bisa menjaga ibu'," kata Jaksa dalam dakwaan menirukan ucapan Sambo.
Sambo kemudian menghubungi Brigjen Hendra Kurniawan untuk datang ke rumahnya sekitar pukul 17.22 WIB.
Saat Hendra tiba pukul 19.15 WIB, Ferdy Sambo mengarang cerita telah terjadi tembak-menembak antara Yosua dan Bhayangkara Dua Richard Eliezer atau Bharada E.
Aksi tembak-menembak ini dipicu oleh dugaan pelecehan seksual terhadap istri Sambo, Putri Candrawathi.
Baca juga: Kuasa Hukum Sebut Brigjen Hendra Kurniawan Dibohongi oleh Ferdy Sambo
Menurut skenario Sambo, ketika Yosua panik dan keluar dari kamar Putri, ia bertemu dengan Bharada E di depan pintu kamar. Lalu, Yosua menondongkan pistol dan menembak Richard sehingga Richard membalas tembakan tersebut.
Setelah kejadian, ketiga ponsel milik Kuat Ma'ruf, Ricky Rizal, dan Richard yang menyaksikan pembunuhan Yosua dirusak dan dihilangkan.
Penghilangan barang bukti ini dilakukan agar jejak komunikasi peristiwa merampas nyawa korban Nofriansyah tidak terdeteksi.
Baca juga: Ucapan Terima Kasih dan Amplop Berisi Rp 2 Miliar dari Putri Candrawathi Usai Yosua Tewas
Selang dua hari pasca kematian Yosua, Sambo disebut memberikan "hadiah" ponsel iPhone 13 Pro Max kepada ketiganya sebagai hadiah. Dia pun berjanji akan memberikan sejumlah uang senilai Rp 500 juta masing-masing kepada Kuat dan Ricky, dan Rp 1 miliar kepada Richard.
Namun, uang itu akan diberikan pada Agustus 2022 setelah peristiwa reda dan skenario tembak-menembak yang dirancangnya berhasil.
Sambo sempat menangis di hadapan dua anak buahnya, Brigjen Hendra Kurniawan dan AKBP Arif Rachman Arifin, yang mempertanyakan kematian Brigadir J.
Akting menangis itu bermula ketika lima hari pascapenembakan Yosua atau 13 Juli 2022, Arif menyaksikan rekaman CCTV di rumah dinas Sambo di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, pada hari kematian Yosua, 8 Juli 2022.
Arif sangat terkejut lantaran rekaman CCTV tidak memperlihatkan adanya baku tembak antara Brigadir J dan Bharada E yang berujung tewasnya Yosua.
Baca juga: Ferdy Sambo Sempat Menangis Saat Anak Buahnya Ragukan Ada Baku Tembak Brigadir J dengan Bharada E
Berangkat dari situ, Arif langsung menghubungi Brigjen Hendra Kurniawan yang saat itu menjabat sebagi Kepala Biro Pengamanan Internal (Karo Paminal) Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri.
Dengan suara bergetar dan takut, dia melaporkan fakta soal kematian Brigadir J yang dia lihat dari rekaman CCTV. Keduanya lantas menghadap ke Sambo yang saat itu masih menjabat sebagai Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Polri.
Hendra melaporkan bahwa Arif telah melihat rekaman CCTV di rumah dinas Sambo. Namun, peristiwa yang tergambar dalam rekaman tersebut berbeda dari pengakuan Sambo soal baku tembak antara Yosua dan Richard Eliezer.