Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Betapa "Kepo" dan "Baper" Bangsa Ini (Antara Ferdy, Teddy, dan Lesty)

Kompas.com - 17/10/2022, 05:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kebanggaan yang tidak berbatas

Setiap kali reuni sekolah digelar, saya kerap memilih untuk tidak hadir karena kebetulan memang posisi saya kerap di luar kota.

Ada alasan saya dan beberapa teman memilih absen dalam acara temu kangen, yakni menghindari kultus individu terhadap alumni secara berlebihan.

Bukan karena saya dan beberapa teman tidak memiliki pangkat jenderal dan hidup semenjana, tetapi banyak teman-teman yang lain begitu mengeluh-eluhkan alumni yang berpangkat tinggi dan berkedudukan “basah”.

Posisi penasehat bahkan donatur kerap ditimpakan kepada alumni yang sukses dengan parameter “materi”.

Sehingga jangan heran dengan fenomena menggunduli rambut hingga plontos yang dilakukan teman-teman Teddy Minahasa semasa bersekolah di SMPN 1 Pasuruan, Jawa Timur, saat nama Ferdy diumumkan sebagai Kapolda Jawa Timur.

Tidak hanya sahabat Teddy yang pria, bahkan ada seorang sahabat perempuan Teddy yang tergabung dalam Sobatku-87 itu ikut memplontoskan rambutnya.

Saya jadi teringat dengan wejangan kakek nenek saya agar dalam mensikapi kehidupan untuk ngono yoh ngono ning ojo ngono.

Selarik kalimat berbahasa Jawa ini memiliki arti dalam bahasa Indonesia sebagai padanan “begitu yah begitu, tetapi yah jangan begitu”.

Kalau kita perhatikan sekilas kalimat tersebut terkesan ambigu dan aneh serta tanpa makna. Bagi masyarakat Jawa “ngono yoh ngono ning ojo ngono” sarat dengan arti filosofi sindiran tersebut.

Konsep ngono yoh ngono ning ojo ngono bukan tanpa ujug-ujug sebagai implementasi untuk memahami konteks sebuah persoalan. Prinsip yang terkandung dalam filosofi tersebut oleh masyarakat Jawa dipercayai membawa makna “sederhana”, yaitu seni menempatkkan diri.

Jangan mengambil posisi terlalu ringan atau terlalu berat. Memilih terlalu besar atau terlalu kecil.

Sebagai pesan “ngono yoh ngono ning ojo ngono” diartikan sebagai ajaran silahkan untuk melakukan sesuatu, tetapi jangan begitu terlalu atau berlebihan. Secara positif juga diartikan menjaga keseimbangan.

Saya tidak membayangkan bagaimana perasaan teman-teman Teddy yang telah memplontoskan rambutnya saat mendengarkan pernyataan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo mengenai tindak pidana yang dituduhkan terhadap bekas Kapolda Sumatera Barat yang urung menjadi Kapolda Jawa Timur.

Memanipulasi barang bukti hasil kejahatan, kemudian menukarnya dengan tawas serta menjual narkoba ke bandar adalah perbuatan yang sukar diterima oleh nalar sehat bahkan oleh seorang alumni sekolah yang kebetulan mempunyai putra-putri.

Andai barang bukti narkoba itu sudah terjual dan dikonsumsi oleh pengguna, entah berapa banyak generasi muda harapan bangsa yang rusak masa depannya gara-gara narkoba jahanam itu.

Saya begitu terkesan dengan sahabat saya saat kami bersekolah bersama di SMPN 214 Halim Perdanakusuma, Jakarta, angkatan 1983.

Profesinya begitu luhur, mendamaikan warga yang berselisih paham, mengurus keperluan administrasi warga yang akan bekerja atau bersekolah, mengurus penyaluran bantuan sosial dari pemerintah hingga membantu warga yang tertimpa musibah.

Walau hanya sekadar ketua rukun warga dan bukan berpangkat jenderal, mendiang sahabat saya begitu dikenang kebaikkannnya.

Dari kasus Ferdy dan Teddy kita bisa menarik hikmah bahwa begitu tipis jarak antara kesuksesan dan kegagalan. Begitu pendek antara kekaguman dan hinaan dan begitu singkat riwayat hidup seorang jika diisi dengan pemujaan materi yang berlebihan.

Ferdy Sambo adalah tipikal perwira polisi yang melesat karirnya dan begitu berambisi meraih pangkat jenderal.

Ketika pangkat jenderal sudah teraih dan jabatan sudah digenggam maka kekuasaan begitu membuatnya terlena.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPK Periksa Dirut Nonaktif PT Taspen Antonius Kosasih

KPK Periksa Dirut Nonaktif PT Taspen Antonius Kosasih

Nasional
KPU Ungkap 13 Panitia Pemilihan di Papua Tengah yang Tahan Rekapitulasi Suara Berujung Dipecat

KPU Ungkap 13 Panitia Pemilihan di Papua Tengah yang Tahan Rekapitulasi Suara Berujung Dipecat

Nasional
Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen, Jokowi: Negara Lain Masuk Jurang, Kita Naik

Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen, Jokowi: Negara Lain Masuk Jurang, Kita Naik

Nasional
Eks Anak Buah SYL Beri Tip untuk Paspampres, Gratifikasi Disebut Jadi Kebiasaan

Eks Anak Buah SYL Beri Tip untuk Paspampres, Gratifikasi Disebut Jadi Kebiasaan

Nasional
TPN Resmi Dibubarkan, Hasto Tegaskan Perjuangan Tetap Dilanjutkan

TPN Resmi Dibubarkan, Hasto Tegaskan Perjuangan Tetap Dilanjutkan

Nasional
Kelakar Jokowi soal Kemungkinan Pindah Parpol Usai Tak Dianggap PDI-P

Kelakar Jokowi soal Kemungkinan Pindah Parpol Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
 Gerindra Sebut Indonesia Negara Besar, Wajar Kementerian Diperbanyak

Gerindra Sebut Indonesia Negara Besar, Wajar Kementerian Diperbanyak

Nasional
Satu Pejabat Pemprov Malut Jadi Tersangka Baru Kasus Gubernur Abdul Ghani Kasuba

Satu Pejabat Pemprov Malut Jadi Tersangka Baru Kasus Gubernur Abdul Ghani Kasuba

Nasional
RI Ajukan Penyesuaian Pembayaran Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae ke Korsel, Kemenhan Jelaskan Alasannya

RI Ajukan Penyesuaian Pembayaran Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae ke Korsel, Kemenhan Jelaskan Alasannya

Nasional
 Prabowo Disebut Ingin Tambah Jumlah Kementerian, Jokowi Klaim Tak Beri Masukan

Prabowo Disebut Ingin Tambah Jumlah Kementerian, Jokowi Klaim Tak Beri Masukan

Nasional
Menag Bertolak ke Arab Saudi Cek Persiapan Ibadah Haji untuk Jemaah Indonesia

Menag Bertolak ke Arab Saudi Cek Persiapan Ibadah Haji untuk Jemaah Indonesia

Nasional
Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang 'Toxic', Jokowi: Benar Dong

Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang "Toxic", Jokowi: Benar Dong

Nasional
Ganjar Harap Buruknya Pilpres 2024 Tak Dikloning ke Pilkada

Ganjar Harap Buruknya Pilpres 2024 Tak Dikloning ke Pilkada

Nasional
Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Rp 37 Miliar karena Kabulkan PK Eks Terpidana Megapungli di Pelabuhan Samarinda

Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Rp 37 Miliar karena Kabulkan PK Eks Terpidana Megapungli di Pelabuhan Samarinda

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com