Menipisnya empati akan mengikis ekspektasi, lalu menyuburkan sikap apatis. Jika tak segera introspeksi dan melakukan antisipasi dan mitigasi, maka pelan-pelan polisi bisa tak akan lagi dianggap, apalagi dihormati.
Mamang, risiko ini menjadi tidak adil jika ditanggung oleh institusi kepolisian semata. Terlalu besar taruhan yang harus ditanggung institusi untuk dosa-dosa yang dilakukan sebagian kecil oknum aparatnya.
Karena, di satu sisi, acapkali terungkap bahwa dosa-dosa tersebut dilakukan oleh segelintir jaringan oknum polisi, dan di sisi lain terekspos secara berulang-ulang, maka lama kelamaan ikut merapuhkan kepolisian secara institusional.
Kejadian-kejadian belakangan yang berimbas kepada reputasi polisi menyisakan dua cara padang.
Pertama, kejadian-kejadian tersebut boleh jadi menjadi puncak gunung es yang mewakili begitu banyak kejadian-kejadian yang sama yang belum terungkap.
Kedua, kejadian-kejadian belakangan bisa terungkap karena keberanian polisi - polisi baik di dalam institusi kepolisian yang berani bersikap tegas melawan segala bentuk penyalahgunaan wewenang polisi, sehingga ekspektasi publik kepada institusi kepolisian masih sangat berpeluang untuk dipulihkan.
Dengan kata lain, dengan cara pandang kedua, publik masih bisa berharap bahwa keberadaan polisi-polisi baik di dalam institusi kepolisian tidak saja bisa menghancurkan puncak es tersebut, tapi sekaligus bisa merobohkan gunung yang mengendap di bawahnya.
Dan soal ini, saya termasuk orang yang sependapat dengan Ron Paul, politisi Partai Republik Amerika Serikat. "Most police officers are good cops and good people," kata Ron Paul suatu ketika.
Dengan kata lain, empati dan ekspektasi publik bisa diraih kembali oleh kepolisian, jika Kapolri dan polisi-polisi baik lainnya di dalam institusi kepolisian kita bisa segera menunjukkan aksi heroik penegakan hukum di satu sisi dan menjalankan kehidupan yang penuh dengan empati terhadap rakyat banyak di sisi lain.
Lebih dari ini, selain heorik dan empatik, institusi Polri harus benar-benar bisa lebih solid, baik ke dalam maupun ke luar.
Rumor soal perpecahan, kubu-kubuan di internal Polri, atau rumor soal adanya kekuatan internal yang ingin merongrong kepemimpinan Polri hari ini, jika benar, sepatutnya segera dieliminasi.
Tujuannya, agar persepsi "polisi baik" tidak saja disandang oleh orang per orang, tapi juga disandang oleh Kepolisian secara institusional.
Untuk itu, Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo harus bisa meyakinkan publik bahwa beliau memang berani membersihkan institusinya dari oknum-oknum aparat yang berpotensi berjalan sendiri di luar visi Kapolri di satu sisi dan berpotensi merusak institusi kepolisian di sisi lain alias aparat-aparat yang berkategori ikan berkepala busuk itu.
Pendek kata, yang dibutuhkan publik adalah polisi yang solid secara institusional di satu sisi, serta polisi yang baik nan heroik, bukan penikmat heroin dan sabu-sabu, polisi yang empatik, bukan yang arogan yang menihilkan nyawa seorang bawahan dan menyerbu suporter bola dengan gas air mata, di sisi lain. Semoga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.