Akan tetapi, karena pintu itu sebenarnya untuk penonton masuk maka terjadi desak-desakan yang membuat sejumlah penonton terhimpit dan terinjak-injak hingga kehabisan napas.
"Jadi mungkin ke depan perbaikannya adalah merubah struktur pintu itu," kata Nugroho.
Nugroho memaparkan dari temuan sementara terungkap anak tangga di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, kurang ideal terutama jika terjadi kepanikan massa penonton.
Baca juga: Lokataru Duga Gas Air Mata yang Digunakan Saat Tragedi Kanjuruhan Expired
"Anak tangga ini kalau secara normatif dalam safety regulate, ketinggian 18 senti, lebar tapak 30 senti. Ini tadi antara lebar tapak dan ketinggian sama. Rata-rata mendekati 30 (sentimeter)," kata Nugroho.
Menurut Nugroho, jika konstruksi anak tangga ideal diterapkan di stadion maka menekan kemungkinan para penonton terjatuh ketika berlari saat naik atau turun, termasuk ketika terjadi kepanikan.
Di samping itu, Nugroho yang ditugaskan menyelidiki segi infrastruktur di TGIPF Tragedi Kanjuruhan menyatakan lebar anak tangga di stadion itu juga kurang memadai.
"Kemudian lebar dari anak tangga ini juga tidak terlalu ideal untuk kondisi crowd, karena karena harus ada railing. Railing untuk pegangan," ucap Nugroho.
"Nah railing-nya juga sangat tidak terawat. Dengan stampede, desakan yang luar biasa, akhirnya railing-nya patah, dan itu juga termasuk yang melukai korban," ucap Nugroho.
Baca juga: Lokataru Sebut Pengusutan Tragedi Kanjuruhan Tak Bisa Berhenti sampai Kapolres dan Komandan Lapangan
Nugroho juga menyarankan supaya aparat keamanan mempertimbangkan kembali penggunaan gas air mata di stadion.
Hal itu disampaikan Nugroho dari hasil temuan sementara TGIPF setelah bertemu sejumlah korban selamat dari Tragedi Stadion Kanjuruhan.
Nugroho mengatakan, TGIPF menemui dan melihat kondisi korban luka-luka atau yang terpapar gas air mata.
Menurut dia, anggota TGIPF juga melihat perubahan trauma akibat efek gas air mata terhadap fisik para korban terutama pada bagian mata.
"Dari menghitam kemudian memerah, dan menurut dokter itu recovery-nya paling cepat adalah 1 bulan," kata Nugroho.
Baca juga: Penembakan Gas Air Mata di Stadion Kanjuruhan Diduga Sistematis Tanpa Persiapan Medis Memadai
"Jadi efek dari zat yang terkandung di gas air mata sangat luar biasa. Ini juga patut dipertimbangkan untuk crowd control di masa depan," ujar Nugroho.
Nugroho menilai Stadion Kanjuruhan harus dibenahi supaya sesuai standar keselamatan guna mencegah insiden maut seperti pada 1 Oktober 2022 tidak terulang.
Nugroho mengatakan, pembenahan yang perlu dilakukan adalah perbaikan akses pintu keluar dan masuk bagi penonton serta membuat pintu darurat.
"Jadi mungkin ke depan perbaikannya adalah merubah struktur pintu itu, kemudian juga mempertimbangkan aspek akses seperti anak tangga," kata Nugroho.
Baca juga: Viral, Unggahan Mata Merah Korban Kanjuruhan Karena Gas Air Mata, Apakah Bisa Sembuh?
"Jadi itu tadi sekali lagi perlu perbaikan ke depan untuk pertangindan yang high risk match," kata Nugroho.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.