Kategori pertama adalah parpol yang tetap mempercayakan bandul politiknya pada nama-nama tokoh yang elektabilitasnya untuk menjadi bakal capres belum terlalu moncer.
Misalnya Partai Amanat Nasional (PAN) yang berharap pada Zulkifli Hasan, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pada Muhaimin Iskandar, Partai Demokrat pada Agus Harimurti Yudhoyono, Partai Golongan Karya (Golkar) pada Airlangga Hartarto hingga Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang belakangan banyak disebut condong kepada Sandiaga Uno.
Faktanya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) juga masuk ke dalam kategori ini karena masih bergantung pada Puan Maharani.
Adapun selain kategori pertama, terdapat pula kategori kedua. Yaitu kategori parpol yang bergantung pada nama-nama tokoh yang elektabilitasnya untuk menjadi bakal capres sedang tinggi-tingginya.
Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) tergolong ke dalam kategori ini karena telah tergantung kepada Prabowo Subianto dengan demikian kuatnya.
Tetapi menariknya, di dalam kategori ini terdapat pula Partai Nasional Demokrat (Nasdem) dan Partai Keadilan Sosial (PKS) yang sampai pertengahan tahun 2022, memilih untuk tidak mendorong kadernya sendiri untuk maju menjadi bakal capres karena masih condong kepada Anies Baswedan.
Tetapi tetap saja, situasi tersebut menunjukkan bahwa Nasdem dan PKS masih tergantung pada figur.
Rasanya, dua kategori tersebut telah lebih dari cukup untuk menjelaskan bahwa di Indonesia, nilai-nilai patrimonialisme masih mengakar dengan demikian kuat di dalam jiwa masing-masing parpol.
Adapun fakta bahwa parpol lebih cepat diingat karena nama para bandul politiknya, bukan program, adalah buktinya. Dampaknya, potensi perubahan menjadi layu sebelum berkembang.
Sungguh, misi untuk mengubah jiwa elektoral demokrasi Indonesia, dari orientasi figur ke program, masih tergolong sebagai beban berat bagi parpol baru.
Apalagi karena para parpol baru tersebut masih harus membereskan dilemanya terlebih dulu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.