Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Sidang Majelis Umum PBB, Menlu Retno Ingatkan Krisis Bisa Picu Perang Besar

Kompas.com - 27/09/2022, 09:38 WIB
Fika Nurul Ulya,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mengingatkan, fenomena yang berputar belakangan ini, mulai dari perang hingga krisis pangan, bisa memicu perang besar.

Dalam pidatonya di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) ke-77 di New York, Senin (26/9/2022) malam, menurutnya, keadaan dunia sekarang sangat mengkhawatirkan.

Pasalnya, pandemi terus berlanjut dan ekonomi global tetap lesu. Di sisi lain, perang antar bangsa bukan lagi sebuah kemungkinan tetapi telah menjadi kenyataan.

Pelanggaran hukum internasional telah menjadi norma dalam mengejar kepentingan pribadi yang sempit. Belum lagi krisis demi krisis yang sedang berlangsung di seluruh dunia, perubahan iklim, kenaikan inflasi, kekurangan pangan dan energi.

"Sejarah mengajarkan kita bahwa fenomena ini dapat menyebabkan perang besar," kata Retno Marsudi.

Baca juga: Menlu Retno: Membebaskan Palestina dari Penjajahan adalah Utang Kita Bersama

Ia menuturkan, fenomena-fenomena serupa sempat terjadi sebelum pecahnya perang dunia kedua.

Kala itu, terjadi Depresi Besar (Great Depression), adanya kebangkitan ultra nasionalisme, persaingan atas sumber daya, dan persaingan antara kekuatan besar.

"Ini sangat mirip dengan apa yang kita hadapi hari ini," katanya.

Tantangan tersebut, kata Retno, makin menjadi karena negara-negara di dunia telah menangani dengan cara yang salah. Bukannya bersatu, banyak negara bekerja secara individu bukan kolektif.

Menurut Retno Marsudi, seluruhnya juga telah berfokus pada kata-kata daripada perbuatan.

Baca juga: Menlu Retno: Persiapan G20 Sudah On The Track

Jika terus berjalan seperti ini, lanjutnya, bukan tidak mungkin dunia akan menuju bencana.

Namun, menurutnya, jika memilih jalan yang berbeda, dunia mungkin memiliki peluang baru.

"Pertanyaannya sekarang apa yang akan kita lakukan? Apakah kita akan terus berjalan di jalan yang sama? Atau kita akan memilih jalan yang berbeda?," kata Retno Marsudi.

Untuk membuat peluang tersebut, Retno lantas menawarkan dunia melihat berdasar paradigma baru.

Paradigma "win-win" bukan "zero-sum". Paradigma keterlibatan bukan penahanan. Paradigma kolaborasi bukan kompetisi.

Retno Marsudi mengatakan, paradigma baru ini menghidupkan kembali semangat perdamaian, menghidupkan kembali tanggung jawab kita untuk pemulihan global, dan meningkatkan kemitraan regional.

"Ini adalah solusi transformatif yang kita butuhkan. Kita harus mengubah defisit kepercayaan menjadi kepercayaan strategis. Dan itu dimulai dengan menjunjung tinggi penghormatan terhadap hukum internasional," ujar Retno Marsudi.

Baca juga: Menlu Retno: Senjata Nuklir Ancaman Nyata bagi Umat Manusia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com