Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Kejanggalan Perburuan Bjorka: Penangkapan Penjual Es hingga Ancaman Orang 'Korem'

Kompas.com - 18/09/2022, 08:18 WIB
Syakirun Ni'am,
Ivany Atina Arbi

Tim Redaksi

Menurut MAH, pria tersebut menyatakan akan angkat tangan jika dia telah berhubungan dengan polisi. Kemudian, kepada pria itu, MAH mengaku memiliki hubungan dengan Bjorka.

Selang satu hari kemudian, MAH diciduk Cyber Mabes Polri. Saat itu, ia sedang membantu berjualan es di Dusun Pintu, Desa Dagangan, Kecamatan Dagangan, Madiun, pada 14 September sore.

“Pas dia mau ambil HP itu, saya cerita saya ada hubungan dengan Bjorka ke orang itu,” kata MAH.

Jual Akun untuk Kredit Motor

Kepada awak media, MAH kemudian mengaku menjual channel Telegram untuk setoran kredit sepeda motor.

Menurut MAH, gaji dari menjual es hanya Rp 750.000 per bulan. Uang tersebut tidak cukup untuk membayar cicilan.

Selain itu, uang hasil menjual akun tersebut digunakan untuk membayar utang orangtuanya.

“Uang hasil penjualan channel itu saya gunakan untuk membayar angsuran sepeda motor Rp 800.000 dan membantu orantua saya,” kata MAH pada Sabtu (17/9/2022).

Baca juga: Aksi Hacker Bjorka Dinilai Peringatan Supaya Hati-hati Menjaga Data

MAH mengungkapkan, ia menjual akun @bjorkanism pada 10 September dengan nilai Rp 100 dollar AS. Pembayaran itu dilakukan dengan Bitcoin.

Meski demikian, MAH mengaku perbuatan tersebut tidak benar.

"Saya memang salah karena memberi itu dan memberi sarana Bjorka untuk ngepost,” kata MAH.

Menangkap Hacker Tidak Bisa Cepat

Terpisah, pakar kompetensi keamanan siber I Made Wiryana mengatakan, menelusuri jejak hacker tidak secepat sebagaimana digambarkan di dalam film.

Menurutnya, dalam banyak kasus aparat sudah menduga seorang hacker berada di Amerika Serikat. Namun, belakangan terungkap pelaku berada di Jerman Timur.

“Seringkali orang pikir menelusuri jejak orang itu cepat seperti di film. Artinya oh ada sesuatu seminggu ketahuan. Di dunia segitu tidak pernah terjadi seperti itu,” ujar Wiryana dalam dialog Rosianna Silalahi yang tayang di Kompas TV.

Menurutnya, penegak hukum membutuhkan waktu untuk menentukan bukti-bukti dalam menetapkan seseorang sebagai hacker.

Proses ini, kata dia, bisa berlangsung cepat atau lama. Adapun pernyataan pemerintah yang mengaku telah mengidentifikasi Bjorka, menurutnya masih berada di tahap proses.

“Mungkin seolah olah bisa gagal. Jadi itu normal sekali di dalam penelusuran pelaku yang masuk ke dalam sistem,” tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com