JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Koordinator Sekretariat Bersama (Sekber) Prabowo-Jokowi Ghea Giasty Italiane menilai, wacana Joko Widodo (Jokowi) menjadi wakil presiden (wapres) pada 2024 nanti bukan sebuah penghinaan.
Menurutnya, Jokowi dibutuhkan menjadi wapres untuk melanjutkan pembangunan yang belum terselesaikan.
"Kenapa Pak Jokowi dicalonkan sebagai wapres? Ada segelintir orang yang merasa bahwa ini sebagai suatu peristiwa penghinaan. Tetapi bagi kami bukan penghinaan. Kami ingin Pak Jokowi melanjutkan kembali pembangunan yang mungkin belum bisa selesai di 2023-2024," ujar Ghea dalam jumpa pers di kawasan Duri Pulo, Jakarta Pusat, Jumat (16/9/2022).
Baca juga: Akrabnya Prabowo-Jokowi di Tengah Wacana Duet sebagai Capres-Cawapres 2024
Ghea menjelaskan, Jokowi memiliki elektabilitas yang sudah tidak perlu dipertanyakan lagi untuk mendampingi Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Dia pun mengatakan, banyak masyarakat yang akan mendukung Jokowi.
"Makanya dengan kinerja beliau yang sangat bagus dan program-program beliau yang sangat baik, maka kita ingin untuk tetap dilanjutkan lagi," tuturnya.
Selain itu, Ghea mengungkit Jokowi dan Prabowo sudah menjadi rival sejak sejak Pemilu 2014. Sehingga, keduanya sudah memiliki pendukung.
Dia pun mengandaikan, jika kedua kubu digabungkan, maka kekuatan Prabowo-Jokowi untuk menjadi pemimpin di masa depan pasti sangat besar.
Sementara itu, Ghea juga ingin meminta kepastian hukum kepada Mahkamah Konstitusi (MK), apakah sebenarnya Jokowi dibolehkan menjadi wapres atau tidak.
"Toh sempat berseliweran ada statement Jubir MK yang mengatakan bahwa tidak masalah kalau Jokowi mau mengajukan diri menjadi Wapres. Itu tidak melanggar ketentuan dan tidak diatur secara eksplisit juga dalam UUD," jelas Ghea.
Baca juga: Wacana Prabowo-Jokowi di 2024, Pengamat Anggap Kepanjangan Isu Presiden 3 Periode
Sebelumnya, pakar hukum tata negara Feri Amsari mengatakan, tidak lazim seseorang yang sudah menjabat sebagai presiden lantas menjadi wakil presiden pada periode berikutnya.
Menurut Feri, mantan presiden tersebut bakal kehilangan nama baik jika lantas menjadi wapres.
Pernyataan ini menanggapi wacana Presiden Joko Widodo mencalonkan diri sebagai wapres pada Pemilu 2024.
"Jadi kan aneh kalau kemudian seorang presiden mencalonkan diri menjadi wakil presiden, merusak marwahnya," kata Feri kepada Kompas.com, Rabu (14/9/2022).
Menurut Feri, tradisi ketatanegaraan akan rusak jika orang yang sudah menjabat sebagai presiden dua periode lantas menjadi wapres.