Inilah ayahmu nak... dengan modal sebuah motor kreditan dan sebuah gawai yang ayah rekatkan di atas dashbord, ayah telusuri meter demi meter, panjangnya jalan kampung-kampung dan kota tak jarang ayah terobos padatnya jalan kota.
Sesekali ayah lirik gawai, ayah berharap ada yang masuk orderan...
Kadang ayah tersenyum gembira baru beberapa ratus meter berjalan sudah ada orderan yang masuk, terbayang lembar rupiah yang ayah akan terima untuk jajan kalian esok pagi di sekolah.
Tetapi tidak jarang ayah merasa putus asa saat sudah berpuluh kilometer berjalan, gawai ayah tetap diam membisu.
Namun senyummu di foto yang ayah jadikan wallpaper membuat semangat ayah kembali menyala untuk terus berjuang demi “orang” yang ayah cintai.
Lelah yang ayah rasakan dan keringat yang ayah teteskan adalah untuk kebahagiaan kalian.
Parkiran toko dan rindangnya pohon jadi tempat ayah istirahat sejenak.
Saat hujan mengguyur dan panas yang menyengat, tidak jarang ayah ditegur pemilik toko untuk tidak parkir di depan tokonya.
Kadang ayah gembira saat beberapa lembar puluhan bahkan 50.000 bisa ayah bawa pulang.
Tetapi juga tidak jarang ayah pulang dengan hati gundah gulana saat pulang hingga larut malam hanya membawa beberapa lembar lima ribuan yang ada di dalam saku.
Namun saat sampai di rumah dan melihat wajah-wajah polos kalian, anak-anakku yang lelap dalam mimpi, ayah bersyukur nak. Masih bisa pulang dengan selamat dan berkumpul dengan kalian.
Ternyata rezeki yang diberikan Allah tidak harus berupa lembaran rupiah.
Bisa kembali pulang dan berkumpul bersama keluarga adalah sebuah nikmat yang tiada tara, yang terkadang lupa kita syukuri.
Semoga coretan di atas bisa membuat kita lebih bersyukur dan lebih erat dalam silahturahmi kepada keluarga dan komunitas. Tetap semangat dan berdoa.
Suara hati pengemudi ojol ini dimuat di laman Facebook sahabat dunia maya saya, Erwin Bendesmaky. Erwin yang pengemudi ojek online ini begitu bernas mengurai suka duka kehidupan para pengemudi kendaraan berbasis online.
Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi jenis pertalite dan solar sejak 3 September 2022 lalu, begitu memukul sendi-sendi kehidupan rakyat bawah.
Belum juga pulih dari sedikit membaiknya pandemi Covid-19, perekonomian masyarakat kembali dihantam efek domino kenaikan BBM.
Pengemudi kendaraan berbasis online jelas terpukul karena kenaikan tarif angkut penumpang dan barang dikeluarkan “terlambat” dan tetap tidak memberi keadilan bagi pengemudi.
Dengan tingkat persaingan sesama pengemudi kendaraan yang semakin besar, ditambah dengan kenaikan harga BBM jelas-jelas kondisi tersebut sangat memberi dampak bagi kehidupan pengemudi.
Belum lagi jika inflasi yang sudah di depan mata berimbas kepada turunnya daya beli dan daya mobilitas warga, maka jelas akan semakin suram kehidupan para pengemudi online.
Dalam dua bulan terakhir ini saya kerap bolak-balik mengunjungi dan tinggal menetap selama satu bulan di pelosok Konawe Selatan dan Kendari di Sulawesi Tenggara, dampak kenaikan harga BBM memang terasa nyata.