Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Jeruk "Makan" Jeruk di Musi Banyuasin: Saat Polisi Setoran ke Polisi

Kompas.com - 14/09/2022, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kini Kombes Anton Setiawan telah dimutasi di Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri (Kompas.com, 11/09/2022).

Menurut analisis saya, besar kemungkinan Propam Mabes Polri akan bergerak menindaklanjuti kasus upeti “jeruk makan jeruk” dari Musi Banyuasin usai persidangan Dalizon menjadi semakin terang benderang.

Kini saatnya Polri membersihkan institusinya dan membuktikan tekad serta komitmen Kapolri untuk memotong ikan busuk berpangkal dari kepala ikan tidak sekedar lips service belaka.

Jika kasus “jeruk makan jeruk” Musi Banyuasin hanya berakhir sebatas “nyanyian” sumbang Dalizon saja dan melindungi atasan Dalizon, maka apatisme publik terhadap korps Bhayangkara akan terus meningkat.

Sakali lagi jangan seperti bau kentut, kasus setor menyetor di jajaran Polri sudah bukan rahasia umum lagi dan harus berani dibelejeti.

Tidak peduli setiap bulan dibuat film seperti “Sayap-sayap Patah” yang menjagokan seorang polisi idealis, tapi akhirnya gugur berkalang tanah, kepercayaan publik terhadap institusi Polri tidak bisa dibangun hanya dengan proses “ujug-ujug”.

Membangun citra Polri adalah keteguhan para pimpinannnya untuk memberi contoh keteladanan dan sikap anak buahnya yang kebal dari sogok.

Tidak semua personel Polri berlaku “njelehi dan brengsek”, justru lebih banyak yang polisi yang baik dan berkelakuan terpuji di masyarakat.

Dari info teman-teman di Polri, keberanian Kapolri dan pimpinan Polri yang lain dalam mengungkap kasus Ferdy Sambo justru sangat diapresiasi dari kalangan internal.

Kerajaan Sambo dengan Satgasusnya begitu merajalela selama ini, tanpa ada yang berani menindaknya. Kasus Sambo menjadi kotak pandora bahwa Polri telah berubah walau sekarang ini baru tahap “start”.

Lebih baik berani “membuang” anggota yang jelek ketimbang harus mempertahankan personel yang bejat.

Hilangnya puluhan jabatan personel yang terkait kasus Sambo akhirnya membuka jalan terjadinya rotasi dan promosi para perwira yang selama ini mengalami stagnasi jabatan dan karir.

Saya jadi teringat dengan mendiang kedua kakek saya yang pernah berdinas di Mobil Brigade (nama sebelum Brimob) di Malang, Jawa Timur.

Walau berpangkat rendahan, kakek saya tidak minder dengan ada dan tidak adanya bintang di pundak.

Kakek saya justru risau jika tidak ada teladan yang bisa ditinggalkan untuk anak keturunannya nanti. Kakek saya tidak bisa kaya karena menjadi polisi, tetapi kakek saya begitu bangga menjadi polisi yang baik dan jujur.

Saya percaya, suatu saat pernyataan Presiden ke-4 Indonesia Abdurrahman Wahid mengenai polisi pasti akan mengalami revisi.

Jika Gus Dur pernah berujar,”Di negeri ini hanya ada tiga polisi yang jujur. Pertama, patung polisi. Kedua, polisi tidur. Dan ketiga, polisi Hoegeng (mantan Kapolri Jenderal Hoegeng Imam Santoso),” maka suatu ketika akan ada lagi tambahan polisi jujur: polisi di eranya Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Semoga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com