Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menyebutkan, tata kelola tersebut terkait pengadaan, penggunaan, pemeliharaan, maupun pengembangan kapasitas sumber daya manusia (SDM) yang terlibat dalam pengelolaan.
“Sehingga, bisa menjadi pembelajaran dan insiden serupa dapat diantisipasi agar tidak terulang,” kata Fahmi dalam keterangan tertulis, Rabu.
Fahmi menyadari bahwa pembenahan tata kelola alutsista secara menyeluruh bukan sesuatu yang bisa dirasakan hasilnya dengan cepat.
Baca juga: Pilot-Kopilot Pesawat Latih Bonanza yang Jatuh di Selat Madura Dapat Kenaikan Pangkat dari TNI AL
Dalam tata kelola alutsista, katanya, pemerintah dan TNI pada dasarnya tidak bisa hanya bicara mengenai belanja alutsistanya.
Namun, juga harus memperhatikan mengenai logistik, perawatan, dan pemeliharaan, termasuk juga personelnya.
Menurutnya, perawatan berkaitan dengan kesiapan alutsista untuk tampil dan digunakan sewaktu-waktu.
“Setidaknya ada dua aspek perawatan yaitu aspek fisik mekanik dan sistem elektronik,” ujar dia.
Adapun terkait pemeliharaan berkaitan dengan kemampuan alutsista untuk berfungsi optimal dan efektif dalam pengoperasiannya.
Dalam hal pemeliharaan, juga terdapat dua aspek, yaitu pemeliharaan rutin dan berkala.
Ia mengatakan, pemeliharaan rutin dilakukan dengan latihan menggunakan alutsista, mulai dari satuan terkecil hingga latihan-latihan militer gabungan.
Baca juga: Sosok Pilot Pesawat Bonanza yang Jatuh di Selat Madura, Dikenal Tekun dan Santun
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.