Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Tekan Stunting, Kemensos dan Tanoto Foundation Latih 14.621 Pendamping Sosial PKH

Kompas.com - 31/08/2022, 17:49 WIB
Inang Sh ,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Permasalahan stunting atau gagal tumbuh pada anak masih menjadi permasalahan mendasar dalam pembangunan.

Permasalahan stunting bukan hanya berkaitan dengan masalah kesehatan, tetapi juga dipengaruhi faktor multidimensional diantaranya, kemiskinan, dan masalah perilaku.

Oleh karenanya, Kementerian Sosial (Kemensos) mendukung program prioritas nasional percepatan penurunan angka stunting di Indonesia sesuai dengan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, yaitu menjadi 14 persen pada 2024.

Pemerintah sebelumnya juga telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting sebagai wujud komitmen pemerintah dalam mempercepat pencapaian target penurunan stunting dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) tahun 2030.

Salah satu upaya untuk mendukung penurunan stunting adalah menyiapkan sumber daya manusia (SDM) dalam rangka pengubahan perilaku yang dilakukan pendamping Program Keluarga Harapan (PKH).

Baca juga: Bukti Intervensi Gizi Mampu Turunkan Angka Stunting

SDM tersebut adalah petugas yang langsung berhadapan dengan keluarga penerima manfaat (KPM), khususnya pada program Family Development Session (FDS) atau Peningkatan Kemampuan Keluarga.

Oleh karenanya, Kemensos menjalin kerja sama dengan Tanoto Foundation dalam upaya percepatan penurunan stunting dengan pendekatan multidimensional dan penguatan intervensi sensitif sejak 2020.

Tanoto Foundation dalam siaran persnya kepada Kompas.com, Rabu (31/8/2022) menyebutkan, dalam kerja sama itu Kemensos melakukan pelatihan kepada pendamping sosial PKH.

Pelatihan terebut dilakukan oleh Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi (Pusdiklatbangprof) dan Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung.

"Hingga kini, Pusdiklatbangprof telah melatih 14,621 pendamping sosial PKH tentang stunting dan menerapkannya untuk keluarga-keluarga penerima manfaat program PKH," tulis Tanoto Foundation. 

Poltekesos Bandung juga telah mengintegrasikan pencegahan stunting dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

Baca juga: Dukung Pemerintah, Tanoto Foundation Latih Guru Lewat Program Pintar Penggerak

Kontribusi pencegahan stunting dalam perguruan tinggi dimulai dengan pengkajian ilmiah tentang perilaku berisiko terhadap stunting, dan penyusunan modul tambahan materi pada kuliah Praktik Pekerjaan Sosial dengan anak.

Lalu juga dengan membuat Pedoman Praktikum pencegahan stunting di masyarakat, Pedoman pengabdian Masyarakat dalam Pencegahan Stunting, dan Melakukan Aksi Pengubahan Perilaku Cegah Stunting di 8 Desa Sejahtera Mandiri (DSM) yang didampingi Politeknik Kesejahteraan Sosial di kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat.

Kegiatan tersebut melibatkan 32 dosen, 24 mahasiswa, 64 kader masyarakat, dan 160 orang duta stunting di masyarakat (yang terdiri dari ibu hamil, ibu menyusui, pengasuh, dan remaja putri).

Sampai saat ini, beragam kegiatan masih berjalan di masyarakat. Kegiatan lanjutan dan replikasi Model Aksi Pengubahan Perilaku Cegah Stunting (Hanting), meliputi  penelitian dosen, pengabdian masyarakat, praktikum mahasiswa di lokasi-lokasi praktikum komunitas, dan penambahan materi kuliah pencegahan stunting.

Praktik baik hasil kerja sama tersebut pun perlu disebarluaskan kepada para pihak yang berkepentingan dalam upaya pencegahan stunting guna meningkatkan dukungan dan kerja sama dalam upaya percepatan penurunan stunting.

Beberapa pihak tersebut, seperti Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dinas sosial, dan dinas kesehatan di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, serta sejumlah perguruan tinggi penyelenggara program studi pekerjaan sosial/kesejahteraan sosial.

Baca juga: Bantu Turunkan Angka Stunting, Tanoto Foundation Hibahkan Rp 2,8 Miliar kepada Unicef Indonesia

Kegiatan penyebarluasan hasil kerja sama tersebut diharapkan dapat mendorong replikasi praktik baik pencegahan stunting dengan intervensi sensitif serta pengembangan lebih lanjut upaya-upaya pencegahan stunting.

Kegiatan tersebut dilakukan secara daring pada Rabu, (31/8/2022). Acara ini menghadirkan narasumber antara lain, Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial Harry Hikmat, Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan, dan Informasi BKKBN Sukaryo Teguh Santoso, Direktur Poltekesos Bandung Marjuki, Kepala Pusdiklatbangprof Kemensos Afrizon Tanjung, Head of ECED Tanoto Foundation Eddy Henry, dan Ketua Aspeksi Oman Sukmana.

Topik pemaparan pada kegiatan tersebut meliputi proses Penyusunan Modul Pengembangan Kapasitas Pendamping PKH dalam Pencegahan Stunting, proses awal pengembangan model, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi juga pembelajaran untuk penyempurnaan program Aksi Hanting.

Ada juga pemaparan terkait pengalaman pengembangan kapasitas serta wakil kader masyarakat.

Kegiatan tersebut melibatkan sejumlah peserta, antara lain Perwakilan Aspeksi, Perwakilan Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, BKKBN, Perwakilan IPSPI, Koordinator Program dan Widyaiswara Balai Diklat di Indonesia, Penggerak PKK di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat, pendamping PKH, mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi anggota Aspeksi, serta para pekerja sosial.

Baca juga: Kerap Terlupa, Berikut Alasan Calon Pengantin Harus Sadar Stunting Sebelum Menikah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com