Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Meicky Shoreamanis Panggabean
Dosen

Dosen Universitas Pelita Harapan

Mengulik Makna Surat Ferdy Sambo

Kompas.com - 30/08/2022, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

(8) Semoga kiranya rasa penyesalan dan permohonan maaf ini dapat diterima dengan terbuka dan saya siap menjalani proses hukum ini dengan baik (9) sehingga segera mendapatkan keputusan yang membawa rasa keadilan bagi semua pihak. Terima kasih semoga Tuhan senantiasa melindungi kita semua.

Hormat saya
Ferdy Sambo, SH, SIK, MH Inspektur Jenderal Polisi.

Menarik untuk melihat bahwa Ferdy tak mengajukan permintaan maaf kepada keluarga Brigadir J.

Lazare katakan bahwa dalam permintaan maaf yang efektif, pelaku harus dengan jelas dan lengkap mengakui pelanggarannya dan menjelaskan kepada siapa ia melakukannya dan siapa saja yang sakit hati.

Bagaimanapun, pengakuan ini tak ada. Muncul satu kali pernyataan “atas perbuatan saya yang telah saya lakukan” (nomor 3), tapi tak ada rinciannya: Perbuatan apa? Membunuh Brigadir J? Bukan itu yang ia maksud melainkan: “...pada jabatan senior…” (nomor 2).

Ferdy minta maaf atas porak-porandanya jabatan beberapa rekan sejawat. Ia juga jelas minta maaf bukan kepada keluarga J.

Ia minta maaf kepada atasan dan rekan sejawat di POLRI (nomor 4). Padahal, Ferdy akan disidang karena kasus pembunuhan.

Rasa penyesalan karena telah membunuh tak terungkap sama sekali dalam surat. Hal yang membuat surat ini menjadi lebih menarik lagi untuk dikaji adalah karena ia minta maaf bukan kepada rekan-rekan satu institusi, melainkan kepada rekan-rekan satu institusi yang terkena dampak langsung (nomor 2 dan 5).

Elemen lain dalam permintaan maaf yang efektif adalah adanya ungkapan niat untuk tidak mengulangi pelanggaran yang sama. Kita bisa langsung lihat bahwa hal ini tak ada.

Ferdy juga tidak mengekspresikan adanya penyesalan, rasa malu dan kerendahan hati, yang menunjukkan bahwa ia mengakui penderitaan korban yang disakiti.

Pertama, dia kehilangan fokus mengenai siapa korban yang sesungguhnya: Keluarga Brigadir J, rakyat Indonesia yang seharusnya diayomi POLRI, dan POLRI sendiri.

Masyarakat dalam statusnya sebagai warga negara Indonesia sudah lama kehilangan rasa percaya terhadap POLRI dan kejanggalan kasus Ferdy membuat rasa percaya mereka berada di titik nadir.

Kedua, Ferdy juga kehilangan orientasi mengenai apa sesungguhnya kesalahan yang ia lakukan.

Ia merasa bersalah atas jabatan seniornya yang hilang akibat kasus pembunuhan terhadap J (nomor 2), bukan atas pembunuhan itu sendiri.

Jadi, dari kedua poin ini kita bisa mengerti mengapa rasa penyesalan dan malu yang ia ungkapkan tak bisa diterima oleh masyarakat yang merindukan keadilan: Ferdy tak tahu siapa korban yang sesungguhnya dan apa sebenarnya kesalahan yang ia perbuat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com