Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosialisasi RKUHP Dinilai Elitis, Kemenkumham Membantah

Kompas.com - 24/08/2022, 10:20 WIB
Syakirun Ni'am,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Aliansi Nasional Reformasi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) mengkritik konsep sosialisasi RKUHP oleh pemerintah karena dinilai elitis dan satu arah.

Hal ini disampaikan anggota aliansi Nasional RKUHP dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH). Jakarta, Citra Referandum setelah mengikuti acara Kick Off Diskusi RKUHP.

Diskusi tersebut merupakan sosialisasi perdana RKUHP yang digelar tiga kementerian di salah satu hotel di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat.

“Ini forum satu arah sosialisasi, ini forum yang elite, semua yang diundang adalah kelompok organisasi atau masyarakat elite,” kata Citra setelah keluar dari forum tersebut, Selasa (23/8/2022).

Baca juga: ICJR Temukan 73 Pasal Bermasalah di Dalam RKUHP

Menurut Citra, acara sosialisasi tersebut tidak melibatkan masyarakat yang terpinggirkan. Padahal, Rancangan KUHP (RKUHP) nantinya akan mengatur kehidupan masyarakat biasa.

Ia mengatakan RKUHP berpotensi mengkriminalisasi orang kecil yang menyampaikan protes karena kelaparan. Namun, ia akan ditangkap karena salah satu Pasal RKUHP menyatakan orang yang berdemonstrasi tanpa pemberitahuan ke polisi bisa dipidana.

“Kita mau melakukan protes lalu kemudian juga ditangkap dengan pasal pidana terhadap demonstrasi unjuk rasa. Itu salah satu bagiannya,” ujar Citra.

Citra juga menilai forum tersebut hanya berlangsung satu arah. Sementara, partisipasi publik harus berlangsung dua arah. Ia menekankan bahwa masukan publik mengenai RKUHP harus didengar.

Baca juga: Menkumham: Prioritas Saat Ini Revisi UU Cipta Kerja, Setelah Selesai Baru RKUHP

Ia mendesak masukan masyarakat sipil mengenai RKUHP benar-benar dipertimbangkan, alih-alih hanya sekadar didengarkan.

“RKUHP ini bagian dari hukum publik yang tentu akan mengecilkan ruang dari warga masyarakat. Seharusnya masyarakat semua harus didengarkan tidak dengan forum fasilitas yang elite,” tuturnya.

Menanggapi hal ini, Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Wamenkumham) Edward Omar Sharif Hiariej atau Edy mengatakan bahwa acara sosialisasi tersebut hanya pembukaan.

Edy mengatakan pemerintah akan menggelar sosialisasi ke daerah-daerah lain. Menurutnya, tidak mungkin semua masyarakat Indonesia yang berjumlah lebih dari 200 juta orang berkumpul di satu tempat.

“Makanya ini namanya kick off permulaan. Selanjutnya kita akan ke daerah-daerah. Kita akan melibatkan publik,” ujar Edy setelah memaparkan materinya di forum tersebut.

Sebelumnya, tiga kementerian yakni Kemenkumham, Kementerian bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam), dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menggelar sosialisasi perdana RKUHP.

Acara tersebut mengundang sejumlah organisasi, termasuk Aliansi Nasional RKUHP dan mahasiswa.

RKUHP mendapatkan banyak kritik karena memuat beberapa pasal yang dinilai bermasalah seperti penghinaan presiden, penghinaan pemerintah, dan sanksi mengenai demonstrasi yang digelar tanpa pemberitahuan ke polisi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Nasional
Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com