KEPADA Irjen Pol F Sambo
Mohon Anda menyimak penggalan kisah singkat ini.
Rosti Simanjuntak, wanita paruh baya, berlutut penuh histeris, memeluk peti jenazah putranya, Brigadir Yoshua, jantung hati dan bintang kejoranya.
Ia histeris karena marah menerima kenyataan hidupnya. Putranya sudah terbunuh, ia pun tidak diperkenankan menyaksikan wajah dan sekujur tubuh putranya yang sudah jadi jazad itu.
Ia seolah pasrah, tapi ia yakin doanya mengalir ke Yang Di Atas. “Tuhan, berikan keadilan kepada putraku.”
Doa Rosti terkabul, hanya beberapa minggu setelah itu, keadilan Tuhan sudah menindih Anda bersama istri dan sejumlah orang yang Anda peralat. Jangan pernah remehkan doa seorang ibu.
Sadis, brutal dan biadab karena Anda membunuh putra Rosti secara tidak beradab. Penuh tipu daya. Surplus dengan kelicikan.
Metode pembunuhan yang Anda lakukan terhadap Joshua, pun melampaui batas-batas akal sehat dan menyata-nyayat hari nurani dan kesadaran kemanusiaan kita. Too much and unforgiven. Cannot be condoned, but to be condemned.
Dari awal saya tak pernah percaya alibi Anda mengenai soal aktivitas orang dewasa itu. Tidak pernah bawahan memperkosa atasan. Yang terjadi justru sebaliknya.
Anda telah membunuh secara sadis Yoshua, lalu Anda fitnah lagi Joshua yang tidak mampu membela diri lagi. Ini berkaitan dengan kerakusan belaka.
Saya pun teringat, peribahasa orang Sulawesi Selatan: “Ngowa pammulana. Cecceng tengngana. Sappu riwale cappanna.” Awalnya adalah keserakahan. Di tengahnya adalah penumpukan. Lalu berahir dengan kebangkrutan. Anda masuk dalam jeratan falsafah ini. No way out.
Sejak semula saya selalu meyakini, pembunuhan tersebut dilakukan karena Joshua, sebagai ajudan, banyak tahu tentang kerakusan Anda, mengumpul uang-uang secara illegal.
Bukan hanya itu, Joshua juga mungkin banyak paham tentang ke mana uang itu mengalir setelah dikumpul.
Pengetahuan tersebut bisa membahayakan dan menjerat Anda dan melibatkan banyak orang. Maka, membunuh Joshua secara keji, adalah cara terbaik menyelamatkan kejahatan Anda.
Satu per satu alibi Anda bersama istri, untuk melindungi kejahatan, rontok dan terbantahkan. Seiring dengan berjalannya waktu dan mengalirnya doa Rosti tentang keadilan Tuhan pada anaknya, kedok siapa sesungguhnya Anda, kian terbuka.