JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mengungkapkan, kurikulum yang diimplementasikan di sekolah selama 20 tahun terakhir masih berfokus pada materi saja.
Koordinator Pengembangan Kurikulum, Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbud-ristek, Yogi Anggraena mengatakan, hal ini membuat kompetensi para siswa belum terbangun secara optimal selama 20 tahun terakhir.
"Berdasarkan hasil evaluasi yang kami peroleh, setidaknya dalam 20 tahun terakhir kemampuan-kemampuan di siswa-siswa kita dalam kompetensi penalaran itu belum terbangun secara optimal," ucap Yogi dalam webinar Kurikulum Merdeka di Jakarta, Selasa (16/8/2022).
Baca juga: Buku PPKn Keliru Jelaskan Konsep Trinitas, Kemendikbud Diminta Selektif Pilih Penulis
"Sering kali perubahan-perubahan kurikulum yang terjadi bukan terjadinya adalah peningkatan kualitas kompetensi, tapi lebih dibangun lebih ke peningkatan hanya dari segi aspek materi saja," sambung Yogi.
Yogi menjelaskan, kementerian sebenarnya sudah beberapa kali melakukan perbaikan-perbaikan kurikulum.
Bahkan, kurikulum yang berbasis kompetensi siswa sudah menjadi landasan yang dituangkan sejak tahun 2004. Namun, implementasi di lapangan masih sulit dilakukan.
"Dalam implementasi yang terlihat adalah masih fokus kepada materi," ucap dia.
Baca juga: Kemendikbud Ristek Revisi Buku PPKn Kelas VII yang Keliru Jelaskan Trinitas
Padahal kata Yogi, kompetensi sangat dibutuhkan oleh para lulusan. Dia memetakan, terdapat empat kompetensi di abad 21 yang dibutuhkan oleh para siswa, yaitu kolaboratif, komunikatif, berpikir kritis, dan berpikir kreatif.
Kemendikbud-Ristek, kata Yogi, berusaha memasukkan kompetensi-kompetensi tersebut ditambah dengan pendidikan karakter dalam Profil Pelajar Pancasila Kurikulum Merdeka.
Profil pelajar pancasila itu terdiri dari 6 dimensi, yaitu beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia; mandiri; bernalar kritis; kreatif; bergotong royong; dan berkebinekaan global.
"Jadi keenam dimensi ini yang kita rumuskan dalam kompetensi yang ada. Sebagai contoh, dalam kompetensi abad 21 kan ada kolaborasi dan komunikasi, itu sudah kita integrasikan dalam bergotong royong," jabar Yogi.
Baca juga: Anggota Komisi X Minta Kemendikbud Ristek Fokus Benahi Sarana dan Prasarana Sekolah
"Lalu, berpikir kritis itu sudah kita integrasikan, kita muat dalam bernalar kritis. Lalu, berpikir kreatif sudah ada di dalam dimensi bernalar kritis dan kreatif," imbuh Yogi.
Lebih lanjut Yogi menuturkan, Kurikulum Merdeka sendiri rencananya diberlakukan secara nasional pada tahun 2024-2025.
Adapun pada tahun 2022-2024, sekolah masih bisa memilih 3 kurikulum yang berbeda, yakni kurikulum 2013, kurikulum 2013 yang disederhanakan (kurikulum darurat), dan kurikulum merdeka.
"Kebijakan (penerapan Kurikulum Merdeka) ini juga tidak tiba-tiba. Terkait pemulihan pembelajaran karena fokus kita ke depan adalah meningkatkan kualitas karakter termasuk kualitas kompetensi dari peserta-peserta didik kita," jelas Yogi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.