Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muncul Subvarian BA.4.6, Epidemiolog: Jadi Masalah Baru jika Abai Prokes

Kompas.com - 10/08/2022, 17:57 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ahli Epidemiologi Griffith University Australia Dicky Budiman menyatakan, munculnya subvarian Omicron BA.4.6 bisa membawa masalah baru terhadap penanganan Covid-19.

Masalah baru ini bisa saja tercipta utamanya jika masyarakat abai terhadap protokol kesehatan (prokes) dan tidak mengakses vaksinasi hingga tiga dosis. Apalagi penularan subvarian BA.4.6 puluhan kali lebih cepat dibandingkan subvarian sebelumnya.

"Artinya kehadiran BA.4.6 juga akan menjadi masalah ke depan kalau kita melemahkan atau abai dalam kombinasi strategi dengan penguat vaksinasi yaitu 3T (testing, tracing, treatment) dan 5M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan)," kata Dicky kepada Kompas.com, Rabu (10/8/2022).

Baca juga: Epidemiolog: Terlalu Dini Subvarian Omicron BA.4.6 Bisa Ciptakan Gelombang Baru Covid-19

Dicky lantas menyoroti cepatnya penularan infeksi BA.4.6. Berdasarkan informasi The Centre for Medical Genomics di Rumah Sakit Ramathibodi Thailand, penularan BA.4.6 mencapai 15 persen lebih menular daripada BA.5 di dunia secara umum.

Subvarian ini 12 persen lebih mudah menular dibanding BA.2.75 di dunia secara umum, dan bahkan dapat sampai 53 persen lebih mudah menular dari BA.2.75 di Asia. BA.4.6 ini juga 28 persen lebih mudah menular daripada BA.5 di Asia.

"Tentunya di manapun tidak hanya di Indonesia, atau secara global, ini akan menjadi tambah masalah. Karena BA.4.6 bisa menginfeksi orang yang sudah terinfeksi BA.5 masalahnya," beber Dicky.

Baca juga: Anies Tak Pakai Masker Saat Hadiri Lomba, Anggota Dewan: Masyarakat Butuh Teladan di Tengah Peningkatan Kasus Covid-19

Lebih lanjut Dicky menjelaskan, cara menangani penularan subvarian ini tetap sama. Vaksinasi tetap menjadi cara ampuh agar gelombang kasus Covid-19 berikutnya bisa ditekan.

Menurut Dicky, vaksinasi terbukti menurunkan risiko keparahan kematian dan memberikan durasi proteksi yang lebih lama saat terinfeksi kembali (re-infeksi).

"Terinfeksi (1 kali) saja itu parah. (Terinfeksi) lebih dari 2-3 kali tambah parah. Jadi jangan dianggap berkali-kali terinfeksi Covid-19 bagus, tidak. Makin buruk bahkan potensi long Covid-19 makin besar," jelas Dicky.

Sebagai informasi berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), jumlah masyarakat yang sudah disuntik vaksin Covid-19 dosis kedua baru sebanyak 170.356.449 atau 72,60 persen.

Kemudian, masyarakat yang sudah disuntik vaksin dosis ketiga atau penguat (booster) baru 57.745.319 atau 24,61 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com