Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyelidikan Kematian Brigadir J dan 4 Temuan Baru Komnas HAM

Kompas.com - 28/07/2022, 11:42 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah temuan baru dalam proses penyelidikan kematian Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J diungkap oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).

Sejumlah temuan baru itu dipaparkan oleh Komisioner bidang Pemantauan dan Penyelidikan Komnas HAM Choirul Anam dalam jumpa pers pada Rabu (27/7/2022) kemarin.

Anam mengatakan, Komnas HAM untuk sementara bisa menyimpulkan tentang lokasi yang diduga menjadi tempat meninggalnya Brigadir J.

Baca juga: Terungkapnya Isi CCTV, Komnas HAM Sebut Brigadir J Tewas di Jakarta

Kesimpulan itu diambil berdasarkan analisis rekaman dari 20 video rekaman kamera CCTV.

Selain itu, mereka juga membeberkan sikap dan perilaku Brigadir J terhadap sesama ajudan Kadiv Propam nonaktif Polri, Irjen Ferdy Sambo, sebelum kejadian.

Berikut ini sejumlah temuan terbaru Komnas HAM dalam kasus kematian Brigadir J yang dirangkum Kompas.com:

1. Brigadir J Tidak Tewas di Perjalanan Magelang-Jakarta

Anam mengatakan, dugaan bahwa Brigadir J, ajudan Kadiv Propam nonaktif Polri Irjen Ferdy Sambo, tewas dalam perjalanan dari Magelang ke Jakarta tidak terbukti.

Hal ini berdasarkan keterangan sejumlah pihak yang menerangkan bahwa Brigadir J masih hidup ketika tiba di Jakarta pada hari kematiannya, Jumat (8/7/2022).

Menurut Anam, kesimpulan itu diambil setelah Komnas HAM memeriksa rekaman kamera CCTV di 27 titik, termasuk di sekitar rumah dinas Sambo di Duren Tiga, Kalibata, Jakarta Selatan.

Baca juga: Komnas HAM Kumpulkan Data Komunikasi di Sekitar Rumah Sambo Terkait Penembakan Brigadir J

Dari hasil pemeriksaan itu, Brigadir J masih hidup saat tiba di kediaman Ferdy Sambo setelah melakukan perjalanan dari Magelang, Jawa Tengah.

"Sampai di Duren Tiga dia (Brigadir J) masih hidup. Rombongan yang lain dan semuanya sehat, tidak kurang dari satu apa pun," kata Anam.

Jenazah Brigadir J dibawa ke TPU Desa Suka Makmur dari RSUD Sungai Bahar setelah diotopsi selama 6 jamSuwandi/KOMPAS.com Jenazah Brigadir J dibawa ke TPU Desa Suka Makmur dari RSUD Sungai Bahar setelah diotopsi selama 6 jam

Anam menyebutkan, dalam video yang merekam situasi di area Duren Tiga pada 8 Juli 2022, terekam jelas rombongan yang datang dari Magelang secara terpisah.

Beberapa orang yang belakangan disebut terlibat dalam struktur peristiwa penembakan yang menewaskan Brigadir J, termasuk di dalamnya Bharada E dan istri Sambo, Putri Chandrawathi, juga ikut terekam.

Anam mengatakan, bagian ini menjadi bagian yang paling penting.

Baca juga: Rekaman CCTV: Brigadir J, Bharada E, dan Istri Sambo PCR Bareng di Sebuah Rumah di Duren Tiga

"Ada Irjen Sambo, ada rombongan dari Magelang. Irjen Sambo masuk duluan, setelah sekian waktu ada rombongan baru pulang dari Magelang. Di situ terlihat Bu Putri, ada almarhum Brigadir J," kata dia.

"Saya bilangnya yang terlihat di salah satu video, ibu (istri Sambo), almarhum Brigadir J, Bharada E itu kelihatan dan beberapa penumpang yang lain," tambah Anam.

Temuan ini selaras dengan hasil temuan Komnas HAM sebelumnya yang membantah dugaan Brigadir J disiksa atau tewas dalam perjalanan dari Magelang ke Jakarta.

2. Brigadir J tes PCR bersama para saksi kunci

Anam mengatakan, dari hasil analisis rekaman kamera CCTV di sekitar rumah dinas Sambo ditemukan fakta Brigadir J sempat melakukan tes PCR pada 8 Juli 2022 setelah pulang dari Magelang, Jawa Tengah.

Bahkan menurut Anam, Brigadir J melakukan tes PCR bersama dengan Bharada E dan istri Sambo, Putri Chandrawathi.

Baca juga: Cek CCTV, Komnas HAM Pastikan Brigadir J Masih Hidup saat Tiba dari Magelang

Bharada E adalah salah satu ajudan Sambo yang disebut terlibat baku tembak hingga menewaskan Brigadir J meninggal di rumah dinas Sambo.

"Rombongan dari Magelang sampai, terus habis itu yang kelihatan memang masuk lah rombongan-rombongan itu, terus baru lah ke ruang PCR," kata Anam.

"Siapa yang kelihatan di video di-PCR? Semua yang rombongan itu di-PCR, salah satunya adalah almarhum Josua," imbuhnya.

Anam memastikan, tempat Sambo dan rombongan melakukan tes PCR bukan di rumah dinas itu.

Baca juga: Kesaksian Dokter Perwakilan Keluarga Brigadir J: Banyak Luka Selain Tembakan

"Bukan, bukan TKP," ujarnya.

"Ini yang terlihat di salah satu video, (PCR) untuk Ibu (Putri), untuk J, untuk Bharada E, itu kelihatan dan beberapa penumpang lain," lanjut Anam.

3. Brigadir J masih sempat bercengkerama

Temuan baru dalam penyelidikan kasus itu, kata Anam, adalah tentang sikap dan perilaku Brigadir J sebelum kejadian.

Dari hasil pemeriksaan terhadap sejumlah ajudan Sambo yang lain disebutkan Brigadir J masih sempat bergurau sebelum peristiwa berdarah itu terjadi.

Baca juga: Keluarga Tunjuk 2 Anggota Keluarga Awasi Langsung Otopsi Brigadir J

"Forum tertawa-tawa itu forum antara ADC (aide-de-camp/ajudan) ya, sebelum kematian, lokasinya di Jakarta," kata Anam.

"Itu ngobrol nyantai begini dan tertawa-tawa, siapa yang tertawa? Termasuk J. Jadi kalau ini seolah-olah dibunuh dengan tertawa-tawa antara Magelang dan Jakarta sudah itu salah," ujar Anam.

Salah satu sumber Kompas.com yang memiliki bukti perihal ini juga membenarkan bahwa Brigadir J masih bercengkerama hangat dengan ajudan lain dalam waktu yang cukup singkat sebelum jam kematiannya.

Baca juga: Jenazah Brigadir J Akhirnya Dimakamkan secara Kedinasan

Kejadian soal tertawa-tawa ini, ucap sumber tersebut, terjadi di Jakarta, sebelum Brigadir J dan orang-orang Sambo menuju rumah dinas.

Beberapa saat kemudian, peristiwa penembakan kemudian terjadi di rumah dinas itu.

4. Kumpulkan data komunikasi di sekitar TKP

Anam mengatakan, Komnas HAM juga sudah mengumpulkan sejumlah data komunikasi yang terjadi di sekitar rumah dinas Sambo saat kejadian yang menewaskan Brigadir J.

Data komunikasi yang dikumpulkan informasi, terutama pada tanggal 8 Juli 2022 atau pada saat Brigadir J tewas setelah diduga terlibat aksi saling tembak dengan Bharada E di kediaman Sambo.

Baca juga: Kapolri: Hasil Otopsi Ulang Brigadir J Akan Disampaikan ke Publik

Menurut Anam, data mentah buangan ponsel (cell dump) itu dikumpulkan dari Base Transceiver Station (BTS) atau menara pemancar sinyal perangkat seluler.

"Jadi ditarik itu banyak banget nomer HP dan sebagainya di empat titik. Apa empat titiknya? Minggu depan kami akan jawab," kata Anam.

"Cell dump untuk menentukan HP-nya siapa di area mana. Signifikan sekali untuk saling melengkapi (temuan)," lanjutnya.

Data cell dump akan menjadi salah satu data penting untuk mendeteksi keberadaan seseorang yang diindikasikan dengan keberadaan ponsel, untuk kemudian diuji dengan data pembanding lain.

Baca juga: Pengacara Minta Hasil Otopsi Diserahkan ke Keluarga Brigadir J

Anam juga mengatakan bahwa Komnas HAM telah diberikan data mentah riwayat telepon (call data recorder).

Meskipun demikian, call data recorder tidak dapat menyediakan data isi percakapan.

"Jadi siapa menghubungi siapa atau siapa terhubung dengan siapa itu ada," kata dia.

Baca juga: Kapolri Minta Semua Pihak Ikut Awasi Penanganan Kasus Tewasnya Brigadir J

"Ada lagi mekanisme yang lain untuk mengecek hubungan tapi bukan GSM dengan GSM (seperti panggilan telepon via WhatsApp)," ungkap Anam.

(Penulis : Vitorio Mantalean | Editor : Diamanty Meiliana, Dani Prabowo)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com