Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wahyu Suryodarsono
Tentara Nasional Indonesia

Indonesian Air Force Officer, and International Relations Enthusiast

Memahami Perilaku Aktor Politik: Perspektif Filsafat Hegel

Kompas.com - 13/07/2022, 13:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Hal ini menunjukkan bahwa aspek materiil sedikit perlu dikesampingkan dalam suatu kepentingan politik.

Adalah Georg Willhelm Friedrich Hegel, seorang filsuf berkebangsaan Jerman, yang berhasil menjelaskan perilaku dari seorang aktor politik dari aspek non-materiilnya.

Dalam mengidentifikasi sejarah maupun fenomena aktor politik, Hegel berusaha untuk menjelaskan manusia secara utuh, tidak hanya dari sisi ekonomi semata.

Pada catatannya terkait sejarah politik yang bersifat nonmaterialistik, Hegel mendasari perilaku manusia pada perjuangannya untuk memperoleh sebuah “pengakuan”.

Hegel menjelaskan, layaknya seekor hewan, manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan bersifat alamiah dan hasrat terhadap segala sesuatu di luar dari dirinya seperti makanan, minuman, rumah atau tempat berlindung, serta hal-hal lain untuk mempertahankan fisiknya.

Selain itu, manusia juga memiliki hasrat yang berhubungan dengan orang lain. Akan tetapi, selain hasrat terhadap manusia lainnya, ia juga menginginkan adanya “pengakuan” dari orang lain. Hal inilah yang secara fundamental membuat manusia sangat berbeda dari binatang.

Utamanya, seseorang ingin diakui sebagai seorang manusia yang bermartabat dan memiliki penghargaan tertentu di mata orang lain.

Penghargaan adalah hal yang ingin dicapai manusia untuk memperoleh prestise dan mencapai prinsip-prinsip tujuan yang lebih abstrak dan tinggi.

Hasrat pengakuan sebagai seorang manusia dengan derajat tertentu, menurut catatan Hegel, telah mengendalikan manusia pada awal sejarah untuk melakukan berbagai peperangan berdarah dan konflik hanya demi sebuah gengsi semata.

Hal ini jugalah yang membentuk perbedaan kelas antar manusia, antara yang diakui dengan yang tidak, antara tuan dan budaknya, antara pejabat dan masyarakat biasa, serta antara pemimpin dan pengikutnya.

Pencarian akan sebuah pengakuan juga dipercaya oleh Hegel dapat mendorong kaum yang merasa tidak diakui untuk melakukan revolusi, seperti layaknya revolusi Perancis dan Amerika.

Di Indonesia, hal semacam ini juga tercermin dalam gerakan reformasi tahun 1998, ataupun berbagai pemberontakan berbau identitas seperti DI/TII.

Konsep mengenai “hasrat untuk diakui” sebenarnya sudah ada sejak zaman berkembangnya filsafat politik barat, dan sudah merupakan hal yang biasa di dalam kepribadian manusia.

Dalam karya yang ditulis Plato, seorang filsuf Yunani, berjudul Republic, ia mendeskripsikan bahwa terdapat tiga bagian di dalam diri manusia, yaitu hasrat atau nafsu, akal, dan gairah (thymos).

Peran manusia sebagai mahluk ekonomi dapat dijelaskan dalam dua unsur awal tersebut, yaitu hasrat dan akal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com