Kedua, tanpa ada Hoegeng Award sekalipun, setiap insan Tribrata sepatutnya berhasrat menjadi polisi berintegritas.
Jadi, dengan kata lain, betapapun tidak pernah menerima Hoegeng Award, segenap anggota Polri setiap tahun punya kesempatan (terdorong untuk) menjelma sebagai polisi berintegritas dengan kepercayaan masyarakat sebagai penghargaannya.
Malam penganugerahan Hoegeng Award "hanya" glorifikasi yang "kebetulan" diwakilkan kepada tiga nama atas nama ratusan ribu personel Polri. Begitu suasana yang idealnya memenuhi batin anggota korps Tribrata.
Ketiga, predikat sebagai polisi berintegritas semestinya bukanlah satu titik, melainkan satu garis yang dibentuk dari deretan sekumpulan titik.
Berangkat dari metafora tersebut, sesungguhnya sangat berisiko menganugerahkan Hoegeng Award kepada personel Polri yang masih aktif.
Hari ini personel dimaksud ditepuki meriah dengan status sebagai titisan Hoegeng, tapi siapa yang berani menjamin perjalanan hidup yang bersangkutan akan terus selurus Hoegeng.
Dan betapa buruknya andai mereka, para penerima Hoegeng Award, pada suatu ketika terjerembab dalam kekhilafan.
Padahal, tidak ada gradasi tidak berintegritas, kurang berintegritas, cukup berintegritas, dan berintegritas penuh. Integritas selalu bersifat biner: putih atau hitam, berintegritas atau tidak berintegritas sama sekali.
Itu berarti, seorang penerima Hoegeng Award, ketika ia kemudian tersandung kerikil sekecil apa pun, pada saat itu pula ia tidak lagi sah mendisplay Hoegeng Award di rak pajangan rumahnya.
Tepat manakala kakinya tersandung, pada detik itu pula Hoegeng Award harus dirampas dari dirinya.
Atas dasar itu, para personel Polri yang menerima persembahan Hoegeng Award sewajarnya punya beban hidup yang bukan alang-kepalang beratnya. Semua mata akan menatap mereka dengan tajam.
Mungkin tajam karena terpukau, mungkin pula karena sinis. Menerima perlakuan sedemikian rupa, tidak ada pilihan bagi penggondol Hoegeng Award selain mutlak tanpa henti bertabiat laiknya orang suci.
Itu niscaya tidak mudah. Karena, semakin tinggi pohon, semakin kencang pula angin meniup. Dan kenangan kolektif kita penuh sesak dengan gambaran orang-orang yang from hero to zero, dari sosok yang sempat dipuja-puja lalu terbanting menjadi bukan siapa-siapa.
Malam sesungguhnya penganugerahan Hoegeng Award belum lagi berlangsung. Barulah pada embusan napas pamungkas mereka kelak, pengabsahan sejati berada.
Bahwa mereka, yang pada 1 Juli ini menggenggam Hoegeng Award, benar-benar layak menerima trofi itu atau justru harus mengembalikannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.