Jutaan ton biji-bijian disimpan di gudang dan pelabuhan Ukraina tidak dapat diekspor karena perang.
Sebanyak 35 negara di Afrika mengimpor makanan dari kawasan Laut Hitam (Ukraina dan Rusia), sementara 22 negara mengimpor pupuk dari kawasan yang sama.
Mesir, misalnya, mengimpor 80 persen kebutuhan gandumnya dari Ukraina dan Rusia.
Akibat krisis pangan itu, harga gandum naik 59 persen, minyak bunga matahari naik 30 persen, dan jagung naik 23 persen dibandingkan tahun lalu, sebelum perang pecah.
Selama ini, secara bersama-sama, Rusia dan Ukraina mengekspor hampir sepertiga gandum dan barley dunia, lebih dari 70 persen minyak bunga matahari dan pemasok jagung.
Rusia juga produsen besar pupuk yang dibutuhkan industri pertanian dunia (Aljazeera, 18 Juni 2022).
Menurut catatan Program Pangan Dunia PBB, delapan bulan sebelum perang, Ukraina mengekspor 51 juta metrik ton biji-bijian lewat tujuh pelabuhan di wilayah Laut Hitam (Ukraina Selatan).
Tetapi, sejak invasi Rusia, sebagian besar cadangan biji-bijian ekspor Ukraina tertahan karena kerusakan infrastruktur kereta api, pelabuhan tertutup, dan blokade Rusia di Laut Hitam.
Masalah ancaman kelangkaan pangan dunia itulah yang telah mendorong Jokowi untuk pergi ke Ukraina dan Rusia.
Jika perang tidak segera berakhir, situasi dunia akan sangat mengerikan karena kurangnya bahan pangan, tidak hanya negara-negara Afrika saja tetapi banyak negara lain.
Kata Okonjo-Iweala, bila perang terus berlanjut, maka ini benar-benar akan menjadi situasi yang mengerikan di seluruh dunia.
Karena itu, kita berharap pertemuan antara Jokowi dan Zelenskiy serta Jokowi dan Putin, akan memberikan buah seperti yang kita harapkan. Meskipun, itu tidak mudah.
Pada akhirnya, apapun hasil dari diplomasi Jokowi ke Ukraina dan Rusia, kita sebagai anak bangsa bangga bahwa bangsa kita sangat peduli pada penderitaan bangsa lain karena perang.
Ini akan memperkuat pengakuan dunia pada reputasi Indonesia sebagai negara cinta damai dan pendorong perdamaian dunia serta berpihak pada kemanusiaan.
Dunia juga mengakui reputasi Jokowi, sebagai "pemimpin yang paling efektif yang dipilih secara demokratis di dunia sekarang", seperti dikatakan oleh Kishore Mahbabuni, Peneliti di Asia Research Institute, National University of Singapore.
Semoga pertemuan Presiden Jokowi dengan Presiden Zelenskiy dan Presiden Putin, membuka jalan bagi terciptanya perdamaian, menjadi langkah pertama menuju perdamaian antara kedua negara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.