Bangsa Indonesia sudah menunjukkan kualitas luhur dengan mencapi kalimatun sawa’ dalam konteks nasionalisme modern. Bagimanakah kita mencapai titik temu di masa kini?
Konteks sejarah kini bangsa Indonesia menghadapi polarisasi politik sebagai dampak dari penyelenggaraan demokrasi yang belum sempurna.
Sejak pemilihan umum 2014 dan berlanjut pemilu 2019, pembelahan politik itu merasuk hingga ke kelompok masyarakat akar rumput.
Cukup mengkhawatirkan karena bisa menuju disintegrasi bangsa, bila tidak segera ditangani dengan serius.
Sebenarnya di tingkat elite politik telah terjadi semacam rekonsiliasi dan kompromi, namun ada saja kelompok yang tidak puas lalu mengeksploitasi perbedaan kepentingan menjadi pembelahan sikap politik.
Kondisi itu diperparah dengan percakapan publik yang berlangsung liar di media sosial melibatkan para para buzzer dan provokator.
Terbangun persepsi kelompok yang semakin mengeras dan terjadi jurang komunikasi yang semakin lebar.
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai entitas politik yang lahir pascareformasi 1998, menyadari bahaya itu.
Dalam rangka memperingati hari ulang tahun yang ke-20 di Istora Senayan (29/5), mengundang sejumlah tokoh nasional, termasuk pimpinan partai politik, untuk menyampaikan gagasan demi mengakhiri polarisasi.
Titik temu yang ditawarkan adalah kolaborasi melayani Indonesia.
Tokoh yang hadir dan berpidato langsung antara lain Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (perlunya mendorong titik tengah), Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar (tidak ada jalan lain menghadapi tantangan, kecuali berkolaborasi dengan semangat Islam rahmatan lil alamin), Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno, sekaligus Wakil Ketua Partai Gerindra (kemajuan Indonesia hanya bisa dicapai dengan sinergi dan kolaborasi), Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (urgensi persatuan di atas kemajemukan).
Sementara itu, tokoh yang menyampaikan pandangan secara virtual adalah Jusuf Kalla (posisi sebagai oposisi tidak menghalangi parpol berkontribusi menjaga demokrasi), Ketua Umum Nasdem Surya Paloh (kontestasi politik sebagai keniscayaan dan kolaborasi sebagai tanda kematangan berpolitik).
Kemudian Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (dengan ideologi kekaryaan siap bekerjasama memakmurkan Indonesia), Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (kolaborasi politik untuk memberi solusi bagi persoalan rakyat merupakan imperatif).
Lalu Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa (semangat persatuan untuk kemajuan bangsa) dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (keterbukaan dengan semua elemen strategis).
Milad PKS memang bukan kongres pemuda atau sidang BPUPK, bukan pula konvensi nasional untuk menentukan calon presiden RI tahun 2024.