Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei Indo Riset: Selera Publik Terhadap Presiden Berubah, dari Merakyat Jadi Antikorupsi

Kompas.com - 19/05/2022, 21:17 WIB
Adhyasta Dirgantara,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga survei Indo Riset membeberkan kriteria paling penting yang harus dimiliki oleh seorang calon presiden ke depannya.

Secara umum, responden lebih suka terhadap presiden yang jujur dan bersih dari korupsi, menggeser kriteria pemimpin harus merakyat atau sederhana.

Survei ini dilakukan pada 11-17 April 2022. Mayoritas responden bekerja sebagai petani.

Dalam survei Indo Riset ini, jumlah sampel survei mencapai 1.100 sampel. Dalam proses kendali mutu, data yang valid untuk dianalisis sebesar 1.096.

Margin of error survei ini sebesar kurang lebih 2,96 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Adapun wawancara dilakukan dengan tatap muka menggunakan kuesioner terstruktur.

Baca juga: Survei Indo Riset: Prabowo Paling Populer, tapi Ganjar Lebih Disukai Rakyat

Direktur Indo Riset Roki Arbi menjelaskan, responden diberikan pertanyaan mengenai kriteria Presiden ke depannya. Pertanyaannya adalah 'menurut bapak/ibu, manakah di antara hal-hal di bawah ini yang paling penting dimiliki oleh presiden Indonesia ke depan?'

Roki membeberkan rakyat lebih suka terhadap presiden yang jujur dan bersih dari korupsi. Kriteria selanjutnya ialah merakyat atau sederhana, dan disusul kriteria tegas dalam mengambil keputusan.

Berikut kriteria yang paling penting dimiliki oleh Presiden Indonesia ke depan:

1. Kejujuran dan bersih dari korupsi: 39,4 persen

2. Merakyat/sederhana: 20,9 persen

3. Ketegasan dalam mengambil keputusan: 16,2 persen

4. Prestasi/kinerja dalam memimpin: 8,4 persen

5. Pengalaman memimpin sebagai kepala daerah: 7,1 persen

6. Cerdas/pintar: 4,8 persen

7. Lainnya: 2,7 persen

8. Tidak tahu/tidak jawab: 0,4 persen

Baca juga: Survei: Prabowo, Anies, Ganjar Bersaing Ketat, Pilpres 2024 Diprediksi Dua Putaran

Pengamat politik dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes melihat bahwa telah terjadi pergeseran selera masyarakat dalam memilih calon pemimpin.

Pada pilpres yang lalu sosok yang sederhana dan merakyat merupakan kunci agar seorang capres dapat terpilih di dalam kontestasi.

"Makanya kemudian Pak Jokowi yang merepresentasikan pemimpin yang sederhana dan merakyat itu dapat memukau atau menarik perhatian publik," ujar Arya dalam jumpa pers virtual yang digelar Indo Riset, Kamis (19/5/2022).

Perubahan selera masyarakat ini, menurut dia, merupakan sesuatu yang positif. Artinya, masyarakat melihat bahwa sosok pemimpin ke depan yang dibutuhkan adalah yang berintegritas, jujur, dan bersih dari korupsi.

"Saya kira ini kabar baik. Karena pemerintahan yang bersih, baik, berintegritas, itu memang sesuatu yang dibutuhkan untuk kepemimpinan ke depan," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com