JAKARTA, KOMPAS.com - Terdakwa pembunuhan berencana, Kolonel Inf Priyanto melontarkan pernyataan bahwa dirinya pernah mengebom rumah warga tanpa ketahuan.
Pernyataan itu dikeluarkan Priyanto di hadapan dua anak buahnya, Kopral Dua (Kopda) Andreas Dwi Atmoko dan Kopral Satu (Koptu) Ahmad Soleh, selepas kendaraan roda empat yang ditumpanginya menabrak sejoli Handi Saputra dan Salsabila di Nagreg, Bandung, Jawa Barat, pada 8 Desember 2021.
Maksud Priyanto melontarkan pernyataan tersebut, untuk meyakinkan anak buahnya yang saat itu tengah dirundung kepanikan akibat peristiwa penabrakan sejoli itu.
Baca juga: Kolonel Priyanto Sengaja Buang Handi-Salsabila Supaya Hanyut ke Laut dan Hilang Dimakan Ikan
Kepanikan tersebut tampak terlihat dari Dwi Atmoko yang beberapa kali memohon kepada Priyanto untuk membawa jasad Handi dan Salsabila ke puskesmas terdekat.
Akan tetapi, ia tetap bersikukuh membawa dua jasad tersebut menuju Sungai Serayu, Jawa Tengah, yang menjadi tempat pembuangan para korban.
Dalam persidangan lanjutan di Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta, Kamis (7/4/2022), Priyanto dicecar berbagai pertanyaan mengenai aksi pengeboman rumah warga yang dimaksud.
“Nah ini, kok kasihan sama anggota, tidak kasihan sama korban? Padahal sudah diingatkan. Kemudian terdakwa juga mengatakan kepada saksi, ‘kamu jangan cengeng, saya pernah ngebom’, itu di mana kejadian ngebom itu?“ tanya hakim anggota Kolonel Chk Surjadi Syamsir.
Priyanto menjawab bahwa peristiwa pengeboman itu terjadi pada saat dirinya menjalankan tugas operasi di Timor Timur (kini Timor Leste) pada periode antara 1996 dan 1998.
“Siap. Waktu di timur (Timor Timur), waktu tugas operasi,” jawab perwira menengah TNI AD itu.
Setelah mendengar jawaban Priyanto, Surjadi kembali mengorek aksi pengeboman tersebut.
“Ngebom apa itu?” tanya Surjadi.
“Ya pada saat itu kan Timor Timur (menjelang) merdeka terakhir, pada saat kita embarkasi untuk pulang,” jawab Priyanto.
Priyanto mengaku tak mengetahui secara persis mengenai obyek bangunan yang jadi sasaran pengeboman apakah di dalamnya terdapat keluarga atau tidak.
“Saya tidak tahu orang di dalam ada atau tidak,” ungkap Priyanto.
Baca juga: Menyesal, Kolonel Priyanto Ingin Minta Maaf ke Keluarga Handi-Salsabila
Selain itu, Surjadi mengaku heran bahwa tindakan Priyanto yang membuang jasad kedua korban tidak sebanding dengan pengalaman yang sudah dilewatinya selama menjalani penugasan di medan operasi.